Indonesia harus dipimpin seorang nasionalis yang relegius dan intelektualistis. Figur ini ada di Anies dengan pemikirannya seperti Soekarno. Anies menjadi Soekarno baru yang intelektual. Soekarno modern.
JAKARTA | KBA – Mengalirnya dukungan bakal calon presiden Anies Baswedan semakin tak terbendung. Diperkirakan berjumlah sekitar 600 organisasi dari para relawan yang merupakan simpul-simpul pergerakan mengantongi suara Anies pada pemilu mendatang.
Ketua Umum RELA PENA Heri Solehudin mengatakan banyaknya dukungan suara untuk Anies Baswedan karena rakyat sudah tidak lagi mempercayai para penyelenggara negara. Seperti kasus korupsi, utang negara, angka pengangguran yang tinggi memberikan kesan dan pesan bahwa kepemimpinan Presiden Jojo Widodo (Jokowi) dianggap gagal.
“Saya mengatakan bahwa pemikiran Anies adalah Soekarno yang nampak sangat intelek. Seorang intelektual punya satu aksioma, punya hipotesa. Hipotesa itu dikritik dia juga diam, dia mendengar . Itu ciri-ciri intelektual. Seperti itu yang benar. Itulah yang namanya kekuatan moral yang muncul di perguruan tinggi,” ujarnya kepada KBA News, di Jakarta baru-baru ini.
Rasa keprihatinan inilah yang kemudian dibahas oleh para alumni Universitas Indonesia (UI), para aktivis senior yang tergabung dalam Forum Doktor, mereka terdiri dari profsor, doktor, dosen dan lain-lain.
Teman-teman aktivis berpikir bahwa Indonesia harus dipimpin seorang nasionalis yang relegius dan intelektualistis. Figur ini ada di Anies dengan pemikirannya seperti Soekarno. Anies menjadi Soekarno baru yang intelektual. Soekarno modern.”
“Mudah-mudahan Anies nanti terpilih karena kita semua akan mendengungkan Indonesia membutuhkan seorang Soekarno yang nasionalis, intelektual dan dia memiliki jiwa yang memberi pengayoman membenahi masyarakat. Semua itu ada di Anies,” tambah Heri.
Heri melanjutkan setelah itu, nanti akan muncul namanya kemakmuran. Minimalnya kemakmuran batiniah, pemikirannya terbuka dengan terbuka maka program-program penyelenggara negara adalah program-progam untuk rakyat. Bukan program yang ditujukan kepada oligarki kekuasaan yang hanya menguntungkan segelinitr orang dan kepentingan kelompoknya saja.
“Kita bergerak supaya setiap desakan untuk Anies dari para pendukung dimana yang sudah membludak dari setiap daerah. Nah, ini harus ditahan karena masyarakat ingin berubah dari politik, sosial dan ekonomi, harus ada yang diperbaiki agar kita berada di jalan rel yang benar agar terjadinya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Mengenai strategi RELAPENA, Heri mengatakan konsep RELAPENA berbeda dengan para relawan lainnya. RELAPENA kedepannya diharapkan bisa menjadi think thank Anies Baswedan. Misalnya mempersiapkan pidato mengenai ekonomi, politik, budaya dan lain-lain untuk memenangkan Anies. Para profesor dan doktor sudah bergabung sebagai dewan pimpinan dan dewan penasehat.
Selain sebagai think thank, konsep RELAPENA lainnya adalah khusus untuk pengusaha dari seluruh nusantara, provinsi, kota-kota dan kabupaten ditargetkan khususna ke kecamatan sampai ke desa-desa.
Dimana sebagai relawan pengusaha diharapkan jadi “dapurnya” untuk relawan Anies. Koperasi RELAPENA sudah terbentuk 34 provinsi dengan motto, “Anies Menang Bersama” dengan filosfinya, Anies menang maka relawan juga menang.
“Sekarang kita sedang merekrut tiap kabupaten kota sehingga nanti akan terbentuk di kabupaten kota sekitar 520 unit koperasi di kota-kota kita sehingga mereka menjadi merger koperasi di Indonesia,” tegas Heri.
Pelayan rakyat
Penasehat RELAPENA Muhammad Peter mengatakan teman-teman aktivis UI merasakan bahwa kepemimpinan nasional ini sudah benar-benar menjauhi dari inti UUD 1945. Yang paling utama disini adalah bahwa pejabat negara itu abdi negara, abdi itu pelayan atau pembantu.
“Nah pelayan iini yang melayani negara makanya namanya penyelenggaran negara. Apa yang terjadi sekarang ini. pemimpin merasa dirinya bos, salah kaprah ini. Jadinya Indonesia sekarang ini yang mengatur adalah bos tadi. Sebetulnya itu melayani. Dampakdari itu akhirnya menjadi penyakitnya masyarakat.
Contohnya, masalah di polisi (kasus Sambo) , di pajak cukai semua cari keuntungan. Itulah yang dilakukan oleh abdi negara ini. Nah akhirnya sekarang baru terungkap mereka mengunggah kekayaan yang jelas kekayaan itu pasti dari tingkah yang tidak baik.
“Pemimpin itu abdi negara, pelayan rakyat. Abdi sekarang bermental bos, ini sangat berbahaya. Dulu, ketika saya menjadi pemimpin mahasisa, dengan segala acara agar mahasiwa nyaman dan tidak dibayar. Masa pemimpin kampus menjadi contoh abdi negara, ini kan tidak benar. Ini artinya, pemimpin sekarang sebagai penyelenggara tidak berpihak kepada rakyat.
Mengenai sosok Anies, Peter berpendapat, Anies merupakan repersentasi dari perguruan tingga intelektual. Presiden sekarang ini mencoba untuk dipimpin oleh seorang intelektual yang diakui oleh nasional dan intenasional. Internasional duluan yang mengaku jagonya adalah hal yang wajar.
“Bagi kita yang aktif di kampus melihat ini kita senang bahwa orang-orang pintar yang sudah mulai tampil. Anies adalah reperesentasi perguruan tinggi. Berarti disitu sudah jadi tukar menukar ilmu pengetahuan, asumsi dan hipotesa.”
Sebenarnya gambaran kecil negara ini dimunculkan juga secara nasional bahwa semua aturan yang ada itu diuji dulu. Sekarang tidak aturan itu sesuai dengan kepentingannya dari yang namanya pelayan, rusaklah semuanya . (kba)