Apa yang dilakukan presiden menjadi aib dan dosa sejarah yang terwariskan bagi anak bangsa di masa mendatang. #kbanews
JATIM | KBA – Pasca disorot Komite HAM PBB, cawe-cawe Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) banyak dikecam oleh masyarakat Indonesia. Presiden Jokowi dinilai meninggalkan aib bagi demokrasi. Langkah sang penguasa itu dinilai mematikan demokrasi, terutama pemilu.
‘’Apa yang dilakukan presiden menjadi aib dan dosa sejarah yang terwariskan bagi anak bangsa di masa mendatang,’’ terang Umar Faruk Masrui, tokoh muda di Kabupaten Jember, Jawa Timur kepada KBA News, Sabtu, 16 Maret 2024.
Menurut Faruk, bukan cuma introspeksi, Presiden Jokowi wajib bertaubat dan memperbaiki wajah demokrasi dengan mengganti serta membuat pelaku yang terlibat untuk bertanggung jawab.
‘’Ini musibah demokrasi, presiden wajib memperbaiki dengan generasi baru. Semua yang terlibat harus bertangggung jawab, paling tidak bertanggung jawab secara socio-cultural,’’ papar alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir tersebut.
Dikatakan, salah satu sumber masalah adalah majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres dari capres Prabowo Subianto. Di mana, Gibran maju sebagai cawapres dengan aroma nepotisme yang kental.
‘’Kalau bukan Gibran, tentu berat untuk mendapatkan pertolongan dari Mahkamah Konstitusi. Apalagi, saat keputusan itu, Ketua MK adalah paman dari Gibran. Ini yang sarat dengan nepotisme,’’ kata dia.
Itu sebabnya, cawe-cawe Presiden Jokowi sangat berbahaya bagi demokrasi kita. Dengan majunya Gibran, yang tak lain anak sulung dari Presiden, maka sudah bisa dipastikan Jokowi akan menggunakan kewenangan dan sumber daya negara untuk memenangan anaknya.
‘’Pemilu akan sulit berjalan sesuai dengan asas luber dan jurdil.’’ (kba).