Gubernur Anies Baswedan menginginkan lebih banyak lagi warga DKI Jakarta yang mau berjalan kaki.
JAKARTA | KBA – Fungsi trotoar jalan sejauh ini dipahami sebagai tempat bagi pejalan kaki. Pemahaman ini benar sesuai dengan kegunaan dasar trotoar. Namun, ada hal lain yang bisa digunakan di atas trotoar, seperti tempat bermusik hingga berjualan (sementara).
Konsep penggunaan trotoar seperti itu sudah diterapkan di negara-negara besar di Eropa dan Amerika. Konsep ini kembali diterapkan dan dikembangkan di Kota Jakarta oleh Gubernur Anies Baswedan.
Sejak 2008 hingga akhir 2021, Pemprov DKI Jakarta, melalui Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, melakukan penataan trotoar di sejumlah wilayah pada Lima Kota Administrasi. Menurut Anies, sejak 2018 hingga 2020, panjang trotoar yang dibangun oleh Dinas Bina Marga DKI Jakarta mencapai 760.305 meter persegi. Pada 2021, trotoar yang akan dibangun lebih kurang 41.000 meter persegi.
“Hingga saat ini pekerjaan tersebut masih dalam tahap proses pelaksanaan. Mari kita dukung bersama pelaksanaan penataan trotoar untuk Jakata ramah pejalan kaki,” tulis Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di media sosialnya.
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (2014-2016) itu mengatakan, revitalisasi trotoar di Jakarta bisa digunakan untuk berbagai aktivitas. “Kami ingin di dalam pembangunan apa pun itu ada kesetaraan. Space-nya itu bisa dimanfaatkan untuk macam-macam.”
Beberapa lokasi di dunia, demikian Anies menjelaskan, memfungsikan trotoar tidak hanya untuk pejalan kaki, melainkan juga untuk berbagai aktivitas seperti konser musik dan tempat berjualan.
Anies pun menginginkan penataan trotoar yang multifungsi sesuai karakteristiknya. Terlebih, kawasan jalan di DKI mempunya lebar jalan yang bervariasi, mulai dari 6 meter, 8 meter, 20 meter, sampai 30 meter. “Beda-beda. Jadi tidak bisa parsial membangun kota ini,” tuturnya.
Ia berjanji membangun trotoar yang ramah bagi pejalan kaki. Mereka pun bisa menikmatinya. Anies mencontohkan trotoar dekat FX Mall yang juga dimanfaatkan untuk kegiatan bermusik. “Itu kan di trotoar juga. Nah, maksud saya tuh pemanfaatannya bisa banyak. Dan kami ingin Jakarta adil bagi semua, jangan Jakarta itu hanya milik sebagian,” ujarnya menguraikan.
Dengan trotoar yang nyaman, Anies menginginkan warga DKI lebih banyak lagi yang mau berjalan kaki. “Karena kita dibandingkan kota-kota besar dunia lainnya termasuk kota dengan penduduk yang jumlah pejalan kakinya paling rendah.”
Kepala Dinas Bina Marga DKI Hari Nugroho mengatakan, fokus revitalisasi pada jalan sepanjang 47 km di 25 ruas jalan yang terkena sistem ganjil-genap. “Pada 2020 kita merencanakan anggaran sekitar hampir Rp 1,1 triliun. Itu karena agak banyak,” kata Hari.
Biaya itu, ujarnya menambahkan, termasuk penyediaan material trotoar, pembangunan jalur sepeda, dan penataan jaringan utilitas. Pemerintah DKI juga berencana membongkar kabel udara yang menggantung untuk selanjutnya dimasukkan dalam boks utilitas, lalu ditempatkan di bawah trotoar. Penertiban ini diatur dalam Instruksi Gubernur Nomor 126 Tahun 2018 tentang Penertiban dan Penataan Jaringan Utilitas.
Sementara itu, akibat pandemi, pada 2021 revitalisasi trotoar ditargetkan 41.000 meter persegi dengan anggaran Rp 60 miliar dari APBD untuk:
1. Kawasan Kebayoran Baru
– Jalan Senopati (32,35 persen)
– Jalan Suryo (32,35 persen)
– Jalan Wolter Monginsidi (45,30 persen)
2. Jalan Duri Kosambi Raya (21,40 persen)
3. Jalan Tebet Raya – lanjutan (32,685 persen)
4. Jalan Raden Saleh (16,39 persen)
5. Kawasan Sentra Primer Barat
– Jalan Puri Wangi (15,65 persen)
– Jalan Pesanggrahan (8,62 persen)
6. Jalan Layur (65,51 persen)
7. Kawasan Taman Segitiga
– Jalan Gorontalo Raya, Jalan Gadang, dan Jalan Gorontalo II (6,81 persen) (kba)