JAKARTA | KBA – Saat masih menjadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sudah menegaskan, pekerjaan yang paling dia prioritaskan adalah mengatasi kemacetan yang menjadi problem bertahun-tahun.Anies pun tak bicara dalam ruang yang kosong. Ia memiliki solusi untuk mengatasi masalah kemacetan tersebut. Salah satunya melalui optimalisasi transportasi massal. BACA JUGA : Anies Mendapatkan 21 Penghargaan […]
JAKARTA | KBA – Saat masih menjadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sudah menegaskan, pekerjaan yang paling dia prioritaskan adalah mengatasi kemacetan yang menjadi problem bertahun-tahun.
Anies pun tak bicara dalam ruang yang kosong. Ia memiliki solusi untuk mengatasi masalah kemacetan tersebut. Salah satunya melalui optimalisasi transportasi massal.
Menurut Anies, ada lima strategi untuk mengoptimalisasi transportasi massal. Pertama, dengan menciptakan tarif tunggal Rp5 ribu ke mana saja.
Strategi kedua, meningkatkan kenyamanan dalam tranportasi publik. Selain peremajaan kendaraan, Anies berencana untuk menambah rute secara terintegrasi.
Ketiga, Anies berencana memperbanyak halte dan transit. Adapun untuk pengemudi, sebagai strategi keempat, Anies menawarkan pemberlakuan insentif berdasarkan jarak, bukan jumlah penumpang yang harus diangkut.
Bahkan, untuk pengemudi angkutan umum, sebagai strategi kelima, Anies berencana memberi pendidikan dan pelatihan secara berkala.
Anies saat itu menjelaskan, kemacetan itu juga disebabkan oleh pengemudi yang tidak terdidik dengan baik. Kita jarang memberikan pelatihan dan memastikan mereka tidak menimbulkan kemacetan.
Penggunaan Transportasi Umum
Dua tahun memimpin Ibu Kota, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melaporkan, bahwa terjadi peningkatan signifikan dalam hal okupansi angkutan massal sejak 2017 lalu.
Anies memaparkan, jumlah penumpang Transjakarta naik hampir 2 kali lipat hingga angka 640 ribu penumpang per hari. Jumlah armada pun bertambah, dari 2.380 unit pada 2017 menjadi 3.548 unit pada 2019.
Kemudian, jumlah rata-rata penumpang MRT Jakarta mencapai 94.824 orang per hari pada Juli 2019. Sementara uji coba LRT Jakarta telah melayani 798.000 penumpang dalam jangka waktu 11 Juni hingga 13 Oktober 2019.
Jakarta juga sempat diganjar penghargaan dalam ajang Sustainable Transport Award (STA) 2020, Juni 2019 lalu, sebagai salah satu kota paling inovatif dalam terobosan transportasi tersebut.
Bahkan, saat masa Pandemi Covid-19, dari laporan resmi Dishub DKI Jakarta, penggunaan sarana angkutan umum perkotaan selama masa PPKM berbasis mikro meningkat bila dibandingkan dengan sebelumnya.
Bila berdasarkan grafik penumpang angkutan umum perkotaan pada masa PPKM Mikro, rata-rata terjadi peningkatan sekitar 18,34 persen jika dibandingkan dengan saat pemberlakuan PSBB ketiga sebelumnya.
Artinya, kata Dishub DKI Jakarta, memang di sisi lain terjadi peningkatan penggunaan Transjakarta, LRT, MRT, maupun KRL dan juga ada penggunaan kereta api bandara.
Rincinya, untuk peningkatan tertinggi terjadi pada penggunaan layanan MRT sekitar 71,52 persen, disusul LRT 30,44 persen, KRL 19,18 persen, Transjakarta 15,15 persen, dan KA Bandara 9,03 persen
Perubahan Demi Perubahan
Perubahan demi perubahan di Ibu Kota terus terjadi dan dirasakan oleh masyarakat. Kemacetan seakan mulai memudar efek berbagai terobosan yang diambil oleh Gubernur Anies Baswedan tersebut.
Laporan dari perusahaan teknologi navigasi asal Belanda TomTom Traffic Index misalanya, menempatkan DKI Jakarta berada di urutan ke-31 kota termacet di dunia beberapa waktu lalu.
“Menurut TomTom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini, Jakarta berada di posisi ke 31 dari total 416 kota lain, yang berarti kemacetan semakin berkurang,” tulis Pemprov DKI Jakarta dalam keterangan resminya.
Berdasarkan, pencatatan TomTom Traffic Index, tingkat kemacetan di DKI Jakarta sebesar 36 persen pada tahun lalu. Angka itu cenderung menurun drastis jika dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, misalkan, DKI Jakarta masuk ke dalam 10 besar kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan mencapai 53 persen. (*)