Hidup saat itu serba pas pasan. Tia tumbuh sebagai anak yang semua mainannya adalah mainan bekas, hampir semua pakaiannya adalah pakaian bekas.
Hidup saat itu serba pas pasan. Tia tumbuh sebagai anak yang semua mainannya adalah mainan bekas, hampir semua pakaiannya adalah pakaian bekas.
JAKARTA | KBA — Anak sulung atau pertama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Mutiara Annisa Baswedan telah memasuki gerbang mahligai rumah tangga pada Jumat, 29 Juli 2022, menjadi istri Ali Saleh Alhuraiby. Kisah masa kecil Tia –begitu sapaannya, putri satu-satunya Anies dari keempat anaknya– yang lekat dalam kesederhanaan turut mencuat dan membuat terharu.
“Saya meneteskan air mata di bagian kalimat tentang Tia yang hanya numpang main di toko mainan. Ceritanya hampir mirip dengan ananda kami yang sekarang sedang menuntut ilmu di pondok,” tulis akun Facebook @Fitriyani seraya mendoakan Anies Baswedan dan keluarga sehat selalu dan semoga Allah senantiasa menjaganya beserta keluarga.
Pemilik akun Facebook @Dini Handrajati menimpali. “Idem bu. Ada saatnya anak harus beli jika memang dibutuhkan. Dan tidak boleh malu jika tidak membeli. Sesuai kebutuhan bukan keinginan. Alhamdulillaah barakallaah untuk kel p Anies. Samawa tuk Tia dan Ali. Seperti yang diajarkan oleh ortu saya kesederhanaan,” tulisnya.
Demikian halnya pemilik akun Facebook @Benny Kamil juga bilang sama menimpali Fitriyani.
“Sama, sy juga meneteskan air mata krn mirip dgn saat sy kuliah magister disaat anak2 baru lahir. Sy pun hanya sanggup beli pakaian bekas utk kuliah sdg anak2 pakaiannya itu2 saja, krn tdk sanggup beli yg baru, krn terlalu lama dipakai shg lusuh dan dibbrp bagian sobek. Skrg mereka sdh pada kuliah. Smg suatu saat nanti dpt menemukan jodoh yg terbaik utk teman hidupnya.,” tulis Benny Kamil.
Lalu seperti apa cerita tentang putri Anies Baswedan itu hingga membuat terharu, bahkan meneteskan airmata? Inilah kisah selengkapnya.
Tepat di hari kedua, Sabtu, 30 Juli 2022, kala resepsi pernikahan Tia dan Ali digelar selama tiga hari sejak Jumat hingga Minggu, 29-31 Juli 2022, ABW menuliskan kisah Tia di laman akun Facebook @Anies Baswedan, sekira pukul 15.54 WIB.
Ia memulainya dengan mengingat sebuah syair lagu yang kala itu membuatnya hingga tertegun. Didengar hingga tuntas.
“There’s two things I know for sure. She is sent here from heaven and she is Daddy’s little girl…”
“Begitu syairnya. Saya tertegun. Diam mendengarkan lagu itu sampai selesai,” tulis ABW dikutip KBA News, Rabu, 3 Agustus 2022.
Lebih lanjut melukiskan suasana yang melingkupinya saat mendengarkan lagu itu. Rupanya Anies tengah terpisah oleh ruang dan jarak dengan sang istri tercinta. Ia berada di Amerika Serikat, sementara Fery Farhati di Indonesia.
Sore itu di sebuah lorong di toko penjual mainan anak.
“Saya sendirian mendengarkan dan menyimak syair lagu Butterfly Kisses yg diputar di toko itu. Tahunnya 1997, bulannya Mei di dekat College Park, Maryland, Amerika Serikat,” tulisnya seakan begitu melekat kuat memori tersebut.
Beberapa hari sebelumnya Tia lahir. Ayahnya (Anies Baswedan -red.) sedang kuliah Master di University of Maryland Amerika dan ibunya, Fery Farhati, di Indonesia melahirkan anak pertama.
“Jauh dari Tanah Air, ayah baru itu merasakan kerinduan yang luar biasa, cuma bisa mendengar tangisan bayi itu lewat telepon dan baru bisa lihat fotonya lewat email beberapa hari kemudian,” tulisnya lebih lanjut.
Pulang dari toko tadi naik sepeda sambil bawa mainan untuk bayi pertama. Mainan itu pun belum tahu kapan akan bisa diantarkan atau dikirimkan ke Indonesia. Tapi paling tidak adanya mainan itu membuat ayah baru ini merasa lega, telah bisa membelikan sesuatu untuk anak pertamanya.
“Setahun kemudian Fery & Tia baru bisa menyusul ke Amerika. Alhamdulillah, dapat tambahan beasiswa sehingga mereka bisa bergabung,” urainya.
Kemudian dijelaskan, hidup saat itu serba pas pasan. Tia tumbuh sebagai anak yang semua mainannya adalah mainan bekas, hampir semua pakaiannya adalah pakaian bekas.
“Tapi ia selalu tampil ceria, percaya diri, menyapa semua dengan senyum dan lesung pipi seperti ibunya,” begitu sosok Tia kecil digambarkan.
Diungkapkan juga, Tia acap diajak ke toko mainan tetapi bukan membelinya melainkan hanya sekadar menumpang untuk bermain.
“Sering kami ajak Tia ke toko mainan yang baru dan bagus, tapi hanya untuk ikut numpang main. Dia sudah diberitahu sebelum berangkat bahwa nanti tidak akan beli dan dia selalu jawab dengan senyum ceria, anggukan sumringah,” lanjutnya dibeberkan.
“Itulah pengalaman buat dia bahwa bisa mendapatkan kebahagiaan tanpa perlu memiliki. Ke perpustakaan lokal adalah kebahagiaan terbesar baginya: bermain dan eksplorasi,” sambungnya.
“All the precious time. Like the wind, the years go by. Precious butterfly. Spread your wings and fly. She’ll change her name today. She’ll make a promise and I’ll give her away. Standing in the bride-room just staring at her.”
Waktu berjalan amat cepat. Kini ia telah siap menempuh perjalanan barunya. Hari ini ia berjalan ke masa depan bersama Ali. Bersama pria pilihannya.
Hingga Kamis malam rutinitas Tia adalah sama. Menunggu ayahnya pulang tiap malam. Mendengarkan cerita dari ayahnya. Memeluk ayahnya tiap pagi, malam, dan kapanpun ia bisa. Ia mengalirkan cinta dan kasih sebagaimana ibunya mencontohkan.
“She is looking like her Mama. Little more everyday. One part woman, the other part girl.”
“Kami semua bahagia, kami mendoakan. Insya Allah Tia dan Ali terus bahagia, terus dalam keberkahan Allah SWT. Seperti penutup syair lagu itu…,” tulis ABW dan menutup demikian:
“I couldn’t ask God for more, man this is what love is. I know I gotta let her go, but I’ll always remember. Every hug in the morning and butterfly kisses…” (kba)