Kerinduan publik agar Anies Baswedan kelak memimpin republik ini beriringan dengan hasil berbagai survei termutakhir. Anies mengungguli beberapa tokoh yang diprediksi bakal meramaikan Pilpres 2024.
Bukan rahasia lagi, setiap kali tampil di forum-forum internasional Anies Baswedan kerap berhasil memukau publik dan membuat decak kagum audiens. Ia cerdas, bercita rasa dan berkemampuan bahasanya mumpuni. Pilihan kata-katanya pun oke. Publik pun kerap dibuat terpana, terpesona.
Alhasil, belakangan berseliweran di dunia nyata maupun maya sebutan bahwa Gubernur DKI Jakarta itu sebagai ”gubernur rasa presiden”. Sebutan ini pun disahihkan Direktur Eksekutif Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi yang menilainya sebagai hal yang wajar.
“Anies ini selalu dikatakan gubernur rasa presiden. Makanya, banjir di mana-mana itu dikatakan salah Anies,” ucap Uchok beberapa waktu lalu.
Selain prestasinya selama memimpin Ibu Kota, bisa dimafhumi bahwa Anies juga dikenal sebagai pemimpin dengan intelektualitas mumpuni, berpikir logis, argumentatif, kebijakan dan tindakannya terukur, serta –yang tidak kalah penting– membumi. Wajar jika publik merindukannya untuk tampil memimpin republik ini.
Kerinduan publik tersebut beriringan dengan hasil berbagai survei termutakhir. Hasil survei-survei itu menempatkan Anies unggul atas beberapa tokoh yang diprediksi bakal meramaikan kontestasi Pemilihan Presiden 2024, seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Misalnya, hasil survei yang dirilis Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI), 13 Juli 2021, dengan elektabilitas 8,64 persen, Anies ditempatkan sebagai figur terkuat menggantikan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai survei lain oleh lembaga-lembaga lainnya, posisi Anies juga tidak tergeser dari puncak atau berada di kisaran big three (tiga besar).
Elektabilitas paling moncer, ditambah kinerja pemerintahannya yang diapresiasi warga serta lembaga dari dalam maupun luar negeri, menggelitik lawan-lawan politik untuk tiada henti melepaskan serangan. Terkini, serangan brutal datang dari Plt Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha. Ia menyebut Anies sebagai ”figur pembohong” dan berharap sang Gubernur DKI itu tidak menjadi Presiden Indonesia.
Akhir Februari 2021, Fraksi PSI di DPRD DKI juga melontarkan wacana pengajuan hak interpelasi terkait kinerja Anies dalam menangani banjir di Jakarta. PSI menuding Anies menghambat kerja dinas-dinas Pemprov DKI dalam penanganan banjir.
Tuduhan dan serangan PSI yang tidak mendasar itu pun disayangkan banyak pihak. Partai NasDem menyatakan tidak memahami perspektif seperti apa yang sedang dibangun oleh PSI terhadap Anies.
Pembelaan juga datang dari Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera. Ia menyebut tuduhan dan serangan Giring sangat tidak mendasar. Namun, ia enggan berspekulasi perihal maksud dan tujuan Giring. Anggota DPR RI ini mempersilakan masyarakat menilai serangan Giring kepada Anies.
Lantas, apa tanggapan Anies?
Seperti biasanya, mantan Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, ini memilih tidak mengomentari langsung serangan, yang dibungkus istilah ‘kritik’, kepadanya. Anies selalu santai dan tenang dalam menghadapi kritik, bahkan cacian, kepadanya.
Dalam pelbagai kesempatan, Anies mengatakan dengan mantap bahwa apa pun kritik dan cacian yang dilancarkan kepadanya harus dibalas dengan kerja dan prestasi kinerja.
Jika kritikan buruk dan disampaikan dalam cara serta bahasa yang buruk pula, Anies juga tidak sakit hati. Sebaliknya, ia mengatakan, jika kritik yang disampaikan itu buruk dan dalam bahasa celometan, yang menerima risiko juga yang berbicara. Apalagi jejak digital membuat apa pun yang tersampaikan di publik tidak akan bisa hilang dari ingatan kolektif publik.(kba)