“Ini juga menjadi bukti, ternyata masyarakat politik kita belum bermental demokratis tetapi masih dalam perangkat manipulasi kebenaran yang rendah adab,”
JAKARTA I KBA – Guru Besar Komunikasi UI Zulhasril Nasir menyatakan, penghilangan foto Anies Baswedan dan istri yang dimuat di media sosial PDI-P adalah tindakan jahil dan diduga bertujuan menyembunyikan keberanan.
Dia menyatakan hal itu kepada KBA News, Jum’at, 30 Juni 2023 menanggapi ulah pengasuh medsos PDI-D yg menampilkan foto Bacapres mereka Ganjar Pranowo sewaktu naik haji ke Mekkah. Sejatinya di foto itu ada Bakal Capres lain yaitu Anies Baswedan dan istri. Tetapi foto keduangntya sengaja dihilangkan atau dikrop.
Seharusnya ada enam sosok di sana bersama istri masing-masing. “Tapi ini tidak, release resmi PDIP memuat hanya ada empat sosok, Anies dan nyonya dipotong, hasilnya hitam mencong,” sesalnya.
Ditambahnya, aslinya foto teesebut adalah dari Deplu RI yg direlease hari Kamis sehari setelah penyambutan KSA yg begitu bersahabat kepada Anies dan keluarga. Keluarga inipun menginap di Gedung Tamu Negara KSA dekat dengan Masjidil Haram.
Tidak diketahui apakah dua pasang yang lain juga dijamu pemerintah KSA. Dari sini kita dapati kesan yang ingin disampaikan — yang ke Makkah bukan hanya Anies tetapi ada juga Ganjar dan seorang Menteri,” tambahnya.
Jika ini benar foto aslinya dari Deplu RI, kesan lain, Deplu ingin tampak bekerja bukan hanya kepada Anies, meski KSA yg undang Anies. Minimal tidak ingin ada kesan sumbang nantinya bilamana Ganjar Pranowo jadi presiden.
“Ok-lah, soal foto yg dikebiri itu dari sisi etis jelas tak elok apalagi itu sebagai release dari partai yg pro Ganjar Pramowo. Ketahuan benar niat aslinya, ” katanya.
Menurutnya, jika ingin menonjolkan sesuatu bukan begitu caranya, bikinlah foto sendiri dgn tidak menghilangkan fakta peristiwa.
Dia memberikan perumpamaan. Sebuah foto legenda yang memenangkan foto terbaik AP dunia adalah sebuah foto menggambarkan ganasnya Perang Vietnam.
“Di tengah ledakan bom napalm menghancurkan pemukiman penduduk, tampak anak – anak perempuan Vietnam berlarian menyelamatkan diri dengan telanjang sambil menangis dan berteriak. Ketika itulah seorang fotografer Amerika mengabadikannya, ” katanya.
Foto tersebut, tambahnya, benar-benar menjelaskan banyak hal, tentang keganasan perang, kemanusiaan yg terpuruk dan pemerintah Amerika memang sedang membunuh banyak penduduk tidak berdosa,” jelasnya.
Fotografer itu kemudian mendapat Hadiah Pulitzer, award bergensi jurnalisme dunia. Apakah wartawan AS boleh mengeritik pemerintahnya? Banyak media AS yang mengeritik ketidakadilan pemerintahnya sendiri thd dunia dan terhadap warga AS sendiri.
Jurnalisme, tambahnya, tidak peduli dengan itu karena yang utama adalah menegakkan keadilan, kebenaran dan kemanusiaan. Itu commensence jurnalisme. Tidak ada yang dirugikan karena yang dicari adalah kebenaran.
Berbeda dengan itu, foto release partai itu mencoreng fakta dan menohok kebenaran. Ia meniadakan fakta dan mengubah sosok yg ada menjadi tiada. Pelanggaran bukan dilakukan oleh fotografer tetapi yang menyebarkan foto tersebut (distributor).
Jika pelanggaran dilakukan oleh distributor tidak dapat disebut pelanggaran oleh wartawan foto tetapi oleh penyebar yang merusak lebih dulu fakta foto. Ini, kata Zulgasril, bukan pelanggaran tetapi kejahatan etika. Karena ada tujuan yang diinginkan oleh penyebar.
Apalagi manakala untuk tujuan politik dalam persaingan pilpres di dalam negeri. Sangat curang dan buruk. Maka masuk akal jika warga medsos mencerca manipulasi gambar tersebut.
Itu dapat dikatagorikan sebagai menyembunyikan kebenaran terhadap publik. Jahat jika sejatinya untuk kepentingan politik rezim atau segelintir orang.
“Ini juga menjadi bukti, ternyata masyarakat politik kita belum bermental demokratis tetapi masih dalam perangkat manipulasi kebenaran yang rendah adab,” demikian Zulhasril Nasir.
(Kba)