Dulu, orang-orang tidak mengandalkan trotoar, maka yang lewat ke Jalan Sudirman hanya mereka yang mau masuk kantor. Bagi rakyat kebanyakan yang tidak masuk kantor, mau apa ke Jalan Sudirman. Itu dulu. Sekarang berbeda.
Dulu, orang-orang tidak mengandalkan trotoar, maka yang lewat ke Jalan Sudirman hanya mereka yang mau masuk kantor. Bagi rakyat kebanyakan yang tidak masuk kantor, mau apa ke Jalan Sudirman. Itu dulu. Sekarang berbeda.
JAKARTA | KBA – Pembangunan atau revitalisasi trotoar menggunakan konsep complete street di DKI Jakarta berhasil menarik jumlah pengguna trotoar melonjak sangat signifikan.
Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, orang-orang kini mau menggunakan trotoar karena merasakan pengalaman baru yang unik.
“Orang-orang merasakan kota yang lebih ramah. Ini yang kita harapkan akan muncul di Jakarta. Dan, Alhamdulillah, sudah terasakan,” ujarnya lewat tayangan program ‘Dari Pendopo’ di channel YouTube pribadinya ketika bercerita tentang “Ruang Ketiga, Ruang Interaksi yang Setara (Bagian 2)” dikutip KBA News, Minggu, 23 Januari 2022.
Mantan Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, itu berharap pembangunan trotoar yang membuat nyaman bagi pejalan kaki akan bisa lebih luas lagi. Mudah-mudahan suatu saat seluruh wilayah kota Jakarta akan terasa sebagai kawasan yang ramah bagi pejalan kaki.
“Jadi trotoar yang ada 241 kilometer itu, tidak hanya di kawasan pusat saja tetapi juga dibangun di semua wilayah,” imbuhnya.
Dicontohkan Anies, di Jakarta Utara di kawasan Taman Segitiga, di Jakarta Barat di Duri Kosambi Raya, di Jakarta Timur di Jalan Layur, di Jakarta Selatan di kawasan Kebayoran Baru, kawasan Tebet, di Jakarta Pusat di Cikini, Raden Saleh. Itu semua, lanjut Anies, adalah contoh-contoh saja dari 241 kilometer trotoar yang dibangun di Jakarta.
“Jadi ini bukan satu tempat, tapi memang yang paling banyak didatangi adalah di Jalan Sudirman,” imbuhnya.
Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu, menambahkan, Jalan Sudirman itu dulu pusat perkantoran dan pusat kegiatan perekonomian. Rakyat yang tidak bekerja di sana, tentu tidak datang ke Jalan Jenderal Sudirman. Tidak ada urusan.
“Sekarang datang ke sana untuk apa? Untuk jalan-jalan, bawa anak-anak keliling. Naik JPO lihat pengalaman. Jadi yang dulunya hanya ‘dimiliki’ kalangan bisnis saja, profesional saja, sekarang menjadi jalan yang dimiliki oleh semua orang,” terang Anies.
Menurut Anies, dulu orang-orang tidak mengandalkan trotoar, maka yang lewat ke Jalan Sudirman hanya mereka yang mau masuk kantor. Bagi rakyat kebanyakan yang tidak masuk kantor, mau apa ke Jalan Sudirman.
“Sekarang tidak. Jalan Sudirman adalah jalan yang sangat demokratis hari ini, karena siapa saja bisa menggunakan trotoar di sana, siapa saja bisa menggunakan pengalaman di situ. Tidak hanya menjadi profesional yang bekerja di kawasan bisnis sentral, tapi semua orang, semua keluarga bisa bisa merasakannya,” tutupnya. (kba)