Jakarta | KBA – Jakarta bukan sembarang daerah. Kedudukannya spesial, sesuai dengan namanya yang diawali dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI).Wilayah yang terdiri dari 5 kota dan 1 kabupaten ini, yang juga berstatus Ibu Kota Negara Indonesia tentu mengemban beban tersendiri. BACA JUGA : Anies dan Kebijakan Memanusiakan Manusia Harga Air Bersih Murah, Cara Anies Hadirkan Keadilan […]
Jakarta | KBA – Jakarta bukan sembarang daerah. Kedudukannya spesial, sesuai dengan namanya yang diawali dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI).
Wilayah yang terdiri dari 5 kota dan 1 kabupaten ini, yang juga berstatus Ibu Kota Negara Indonesia tentu mengemban beban tersendiri.
Naiknya Anies Baswedan sebagai orang nomor 1 di DKI Jakarta, menandai babak baru wajah Ibukota sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan. Jumlah penduduknya lebih besar ketimbang luas wilayahnya, Anies memiliki segudang pekerjaan, mulai dari persoalan kedisiplinan warganya, kemacetan, transportasi, sampah, penataan kota dan lain-lain.
DKI Jakarta tentu sangat beruntung memiliki sosok pemimpin seperti Anies Baswedan. Mendorong kolaborasi untuk membangun interaksi positif antara pemerintah dan warga dalam mencari solusi di setiap persoalan, DKI Jakarta kini mulai berangsur keluar dari persoalan-persoalan lamanya.
Anies dengan pemerintahan kolaboratifnya, saya menyebutnya demikian, juga mampu menyatukan kembali ikatan yang sempat tercerai-berai saat Pilkada DKI Jakarta 2017 silam. Rekonsiliasi pun menjadi seruan dalam pidato perdana Anies usai dilantik Presiden Jokowi saat itu.
Pada tahun 2021 ini merupakan fase penuntasan program-program prioritas Gubernur DKI Jakarta. Memilih jalan pendekatan kolaborasi dalam setiap program pembangunan, Anies memilih untuk melihat pembangunan di Jakarta sebagai kesempatan berkiprah bagi semua, mengajak semua elemen masyarakat ikut terlibat berkarya untuk kotanya.
Pendekatan ini juga dierapkan Anies dalam menjadikan Ibu Kota sebagai Kota yang cerdas atau smart city. Dalam paparannya tentang Smart City 4.0 Framework, Anies optimis bisa memenuhi 7 indikator smart city, dimulai dari pemerintahan yang cerdas, warga yang cerdas, lingkungan, ekonomi, branding, hingga kehidupan yang cerdas.
Bagi Anies, evolusi kota 4.0 mengedepankan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Dengan kata lain, pemerintah bukan lagi berperan sebagai administrator namun sebagai kolaborator. Sedangkan masyarakat tidak lagi berperan hanya sebagai resident, namun berperan besar sebagai co-creators.
Alasan Anies cukup sederhana. Bahwa permasalahan Ibukota yang selama ini sepertinya belum menemukan jalan keluar tidak bisa hanya mengandalkan program kerja pemerintah saja. Tapi, juga melibatkan semua elemen masyarakat.
Dalam teorinya, collaborative governance atau pemrintahan kolaboratif ini diperlukan adanya sinergi kerja yang berbasis pada komitmen bersama untuk menyelaraskan pemahaman anatara pemerintah, swasta, akademisi dan masyarakat.
– Pahlawan Transportasi Tahun 2021
Kinerja kolaboratifnya di bidang transportasi memeuat Sang Gubernur dianugerahi penghargaan internasional. Bahkan namanya disejajarkan dengan Elon Musk. Anies masuk daftar 21 Heroes 2021 atau pahlawan transportasi dunia tahun 2021 dari Transformative Urban Mobility Initiative (TUMI).
TUMI adalah organisasi yang mendorong inisiatif implementasi kebijakan tentang transportasi urban berkelanjutan. Organisasi asal Jerman itu dibentuk oleh 11 mitra bergengsi.
21 Heroes 2021 adalah penghargaan yang diberikan kepada 21 tokoh dunia yang dinilai mampu mengembangkan sistem transportasi urban berkelanjutan di tengah tantangan global menghadapi pandemi Covid-19.
Penghargaan 21 Heroes 2021 diberikan kepada mereka yang sukses mengembangkan transportasi pada tahun 2020, terlepas dari tantangan yang sedang dihadapi saat ini, serta berinisiatif untuk mengembangkan mobilitas urban berkelanjutan pada 2021.
Meski kesulitan terjadi selama pandemi Covid-19, Anies memperbaiki sistem transportasi mulai dari layanan bus hingga jalur sepeda sepanjang 63 km. Jakarta bekerja menuju tujuan bersama untuk menciptakan transportasi yang adil, terjangkau, dan inklusif untuk semua.
Sebelum pandemi, Anies juga memperbaiki sistem transportasi Jakarta untuk menciptakan sistem transformatif dan terintegrasi dari berbagai moda transportasi.