Mas Anies adalah produk kepemimpinan yang baik. Ia mampu menata performa dirinya menjadi magnet bagi semua. Maka pasarkan Anies dengan cara yang baik. Jadilah seorang marketing yang baik.
Dalam berbagai survei, tingkat popularitas Anies Baswedan memang selalu berada di tingkat tiga besar. Fakta ini juga muncul dalam survei terbaru yang dilakukan Political Weather Station ( PWS) dan Centre for Political Communication Studies (CPCS).
Dalam rilisnya untuk bursa Capres 2024 pada Jum’at, 4 Februari 2022, survei PWS menyebutkan elektabilitas Anies kembali mengungguli Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Anies hanya kalah dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Memiliki tingkat keterpilihan sebesar 22,9 persen, Prabowo berada di urutan pertama tiga besar capres potensial, disusul Anies 19,9 persen, dan Ganjar dengan dukungan sebesar 19,8 persen.
Hal yang sama, sebagaimana dilansir KBA News, ketika hasil survei yang dilakukan CPCS menunjukkan, elektabilitas Anies naik cukup signifikan menjadi 14,8 persen dan berada di posisi kedua dalam tiga besar capres potensial. Posisi pertama masih ditempati Prabowo (18,3 persen) dan Ganjar di posisi ketiga dengan tingkat keterpilihan 14,5 persen.
Lalu, apakah tingkat keterpilihan dalam survei saat ini akan selalu berjalan linier dengan fakta-fakta di lapangan? Tentu ini bergantung pada performa para relawannya.
Relawan itu ibarat marketing dari sebuah produk. Sebagus apa pun produk yang dibawa, kalau cara memasarkannya ugal-ugalan, tidak membangun simpati konsumennya, maka produk yang bagus itu akan ditinggalkan.
Hal yang sama berlaku pada Mas Anies. Tak diragukan lagi, Mas Anies adalah produk kepemimpinan yang baik. Ia mampu menata performa dirinya menjadi magnet bagi semua, pemilihan diksi kata yang runtut dan mudah, senyum dan kesantunan, serta sederet prestasinya memimpin Jakarta adalah jaminan kalau ia diamanahi memimpin Indonesia. Ia akan menjadikan Indonesia lebih baik dan bermartabat.
Namun, itu tidak akan berarti bila cara mengemas dan memasarkan Anies dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik, tidak santun, serta tidak mampu memahami karakter masyarakat yang ada.
Sebagai bagian dari kerja marketing, relawan diharapkan mampu menjadi komunikator yang baik serta mampu memproduksi pesan yang membangun kesadaran dan empati masyarakat untuk meletakkan pilihannya kepada Anies. Relawan harus mampu membangun relasi yang kuat dengan siapa pun dengan tujuan agar produk yang dijual terbeli.
Tidak boleh relawan membatasi dirinya untuk tidak masuk pada calon konsumen yang tidak disukai, apalagi dasar ketidaksukaannya irasional akibat kekecewaan masa lalu yang belum pulih. Relawan harus punya kalkulasi rasional kepada siapa mereka harus menjual dan dengan cara bagaimana mereka menjual agar Anies menjadi pilihan masyarakat.
Salah satu kunci dalam menjual sesuatu adalah bangunlah komunikasi yang dipahami oleh mereka. Al-Qur’an mengajarkan kepada kita ”berdakwalah kalian dengan bahasa kaumnya”.
Sikap santun dan kenegarawanan adalah sebuah sikap membangun empati untuk melahirkan simpati. Sikap seperti ini tentu didasari kemampuan untuk menekan ego serta berusaha memahami dan berempati kepada lawan bicara. Setiap orang pasti punya kebutuhan untuk dihargai. Kelemahan kemampuan menghargai orang lain akan berakibat Anies ditinggalkan oleh masyarakat.
Nah, sekarang bergantung kepada relawan semua, akankah menjadi marketing yang andal, marketing yang bersikap santun dan negarawan?
Anies adalah produk yang baik. Maka pasarkan Anies dengan cara yang baik. Jadilah seorang marketing yang baik. Jangan bebani Mas Anies dengan masa lalu yang belum sepenuhnya pulih. Tetaplah semangat untuk mengawal Mas Anies. (*)
Surabaya, 6 Februari 2022
Isa Ansori – Kolumnis