“Anies memang banyak gagasan, tetapi satu yang saya suka dari Anies itu dia tidak one-man show,” ujar Koestilah. Sejak puluhan tahun silam ia telah membaca bakat Anies Baswedan sebagai pemimpin.
Koestilah, seorang perempuan paruh baya, adalah salah satu sosok di balik keberhasilan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Ia yang kali pertama menyadari Anies memiliki kualitas di atas rata-rata dan akan menjadi pemimpin bangsa ini.
Keyakinan Koestilah itu muncul saat Anies masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Saat itu Anies didapuk menjadi Pemimpin Redaksi Buletin Tanah Merdeka, diambilkan dari nama program tayangan wawancara, di TVRI Stasiun Yogyakarta. Koestilah adalah pengelola program yang digagas Ishadi Soetopo Kartosapoetro, pakar pertelevisian yang sohor dikenal dengan Ishadi S.K.
Untuk program ”Tanah Merdeka”, Anies dan sejumlah rekannya sesama pelajar SMA serta mahasiswa pilihan dari DI Yogyakarta dan Jawa Tengah ditugaskan mewawancarai para pejabat dan para tokoh dari berbagai bidang di Indonesia.
“Anies Baswedan ini sok tau. Dia usulkan untuk wawancara Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ibu Tien Soeharto, dan Presiden Soeharto, ya pasti susah. Dan semua ini adalah gagasan-gagasannya dan semuanya sulit untuk diwawancarai,” kata Koestilah dalam sebuah acara talk show.
Namun, Koestilah melihat kegigihan dan keberanian Anies untuk terus berusaha mewawancarai nama-nama yang sudah disebut tadi dan, ternyata, berhasil. “Semuanya sulit, kan waktu itu eranya tidak seperti sekarang. Wawancara pejabat susahnya kayak apa, dan alhamdulillah bisa semua,” tuturnya.
Saat Anies dan timnya berhasil mewawancarai Presiden Soeharto, ia mengusulkan kembali mewawancarai Ibu Tien Soeharto yang saat itu susah untuk diwawancarai. Usulan ini pun dianggap sebagai ide gila karena Koestilah yakin tidak akan berhasil. Namun, lagi-lagi, perkiraan Koestilah meleset.
“Jurus kuncinya Anies Baswedan untuk bisa mewawancarai Ibu Tien Soeharto itu dengan mengatakan masa seorang ibu gak mau diwawancarai anaknya sendiri. Dan langsung diterima oleh Cendana (keluarga Presiden Soeharto),” kata Koestilah mengenang.
“Anies memang banyak gagasan, tetapi satu yang saya suka dari Anies itu dia tidak one-man show. Dia dan kru Tanah Merdeka itu ngantar di Kantor TVRI. Inilah yang saya lihat anak ini ditakdirkan untuk jadi pemimpin.”
Dua tahun lalu, melalui unggahan di akun Instagram-nya, Anies mengurai momen-momen mengesankan semasa SMA di Yogyakarta itu. Anies memaparkan, ”Tanah Merdeka” merupakan program televisi yang menghadirkan wawancara dengan para pejabat dan tokoh semua bidang. Sedangkan pewawancaranya adalah para siswa SMA dan mahasiswa pilihan dari DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.
“Dalam penggarapannya, TVRI benar-benar mempercayakan penggarapan ‘Tanah Merdeka’ kepada kami, dari menentukan tema, narasumber, hingga pelaksanaannya. Dan tentu, Mba Koestilah yang selalu telaten jadi pembimbing kita semua. Program ini muncul di layar TVRI setiap Selasa pukul 20.00, di pekan keempat setiap bulan. Dan kami kemudian membuat juga Buletin Tanah Merdeka di mana saya bertugas sebagai Pemimpin Redaksinya,” tulis Anies.
Seiring perjalanan waktu, terbuktilah prediksi Koestilah. Anies memang berbakat sebagai pemimpin sekaligus penoreh prestasi, sejak masih di bangku SMA hingga kini. Bahkan, sosok Anies juga dikenal sebagai orang berpengaruh tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di dunia.
Pada 2007, saat menakhodai Universitas Paramadina, Jakarta, Anies tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia dalam usia 38 tahun. Setahun berikutnya, Anies juga masuk dalam 100 orang intelektual dunia yang dirilis Majalah Foreign Policy terbitan Carnegie Endowment for International Peace yang berpusat di Washington, AS. Ia satu-satunya wakil Indonesia yang bersanding bersama sejumlah sosok berpengaruh di dunia seperti Yusuf Qardhawi, Al Gore, dan Muhammad Yunus.
Mantan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah pada era Pemerintahan Joko Widodo-Wapres Jusuf Kalla itu juga masuk daftar 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia. Anies juga pernah dipilih menjadi anggota Tim 8 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pemimpin masa depan Indonesia tersebut juga dikenal sebagai konseptor dalam pergerakan memajukan pendidikan Indonesia. Program Indonesia Mengajar menjadi salah satu gagasan besar Anies Baswedan kepada Indonesia dalam menyetarakan pendidikan di Indonesia. Gerakan Indonesia Mengajar ini tersebar secara merata di Indonesia, hingga masyarakat yang ada di pulau-pulau terluar bisa mendapatkan pendidikan yang layak dari negara lewat program tersebut.
Selain deretan prestasi dan apresiasi yang bersifat personal, pelbagai penghargaan level nasional maupun internasional juga diterima Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies.
Dengan gagasan-gagasan terbaik serta realisasinya, negara masih membutuhkan sosok pemimpin seperti yang didapati pada sosok bernama lengkap Anies Rasyid Baswedan itu. (kba)