Anies orang yang punya kemampuan untuk melakukan improvisasi dan menciptakan kreativitas baru dari yang biasa dilakukan sebelumnya.#aminkanindonesia
JAKARTA | KBA – Dalam diskusi bertajuk “Keluarga Besar HMI dan Pilpres 2024” yang digelar secara daring lewat zoom dan siarkan live di kanal YouTube @Forum INSAN CITA malam ini, Minggu, 19 November 2023, mantan Penasihat KPK yang pernah menjadi Ketua Umum PB HMI Abdullah Hehamahua secara terus terang mengaku mendukung calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan.
“Jujur saya katakan, saya pilih Anies,” katanya.
Dalam Forum Guru Besar dan Doktor Insan Cita Alumni HMI tersebut, Hehamahua menjelaskan tiga alasannya memutuskan mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Dua di antaranya terkait pengalaman mereka ketika menjadi Komite Etik KPK pada tahun 2013 mengusut dugaan pelanggaran kode etik Ketua KPK saat itu.
Untuk mengusut pelanggaran kode etik tersebut, KPK membentuk Komite Etik beranggota lima orang. Dua dari internal KPK, yaitu Abdullah Hehamahua dan Bambang Widjojanto, Wakil Ketua KPK saat itu.
Dan tiga dari luar KPK, yang disebut dengan prominent person. Yaitu mantan Wakil MK Abdul Mukhtie Fajar, mantan pimpinan KPK Tumpak Hatorangon Panggabean dan Anies Baswedan sebagai Rektor Universitas Paramadina saat itu.
Saat itu disepakati Anies yang menjadi Ketua Komite Etik. “Satu bulan saya setiap hari dengan beliau di KPK,” ucapnya.
Sebagai Ketua Komite Etik saat itu, yang menarik bagi dia, Anies melakukan hal-hal baru yang tidak pernah dilakukan Komite Etik sebelumnya.
“Saya dua kali menjadi Ketua Komite Etik tidak pernah mengundang psikolog untuk hadir dalam persidangan. Anies mengusulkan kita undang psikolog untuk bisa memberikan bahan kepada kita. Karena psikologi bisa menyaksikan bahasa tubuh,” ujar Hehamahua.
Anies lantas mengundang psikolog dari Universitas Indonesia. Psikolog hadir dan hanya menyaksikan jalannya persidangan tanpa bicara. “Setelah Ketua KPK (yang diduga melanggar kode etik) diperiksa, keluar, baru dia (psikolog) beri catatan,” bebernya.
Dari situ dia menilai Anies orang yang punya kemampuan untuk melakukan improvisasi dan menciptakan kreativitas baru dari yang biasa dilakukan sebelumnya. Itu penilaian dia pertama terhadap Anies.
“Kedua, saya dua kali Ketua Komite, putusan tidak pernah dipublikasikan terbuka. Anies mengatakan sekarang kita bacakan putusan live di semua TV. Sehingga Ketua KPK waktu itu marah betul karena (putusan) diumumkan secara terbuka. Tapi dari situ saya menilai bahwa Anies adalah orang yang transparan, tidak bersembunyi-sembunyi,” urainya.
Alasan ketiga dia mendukung Anies karena keputusannya selaku Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu menggandeng mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto untuk menangani pencegahan korupsi di Ibu Kota.
Dengan keberadaan tim yang dipimpin Bambang Widjojanto ini, untuk pertama kali dalam sejarah, Pemprov DKI Jakarta berhasil memperoleh pendapat opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berturut-turut selama lima tahun.
“Tiga alasan itulah kenapa saya memutuskan dengan teman-teman mendukung Anies,” tandasnya. (kba).