Jadi artinya, gerakan mahasiswa tidak harus turun ke jalan, tetapi juga ditopang riset-riset yang menjadi ciri dari masyarakat kampus
YOGYAKARTA | KBA – Anies Baswedan saat kuliah di UGM Yogyakarta, tidak hanya dikenal sebagai aktivis pergerakan. Salah satu yang menonjol dari cucu Pahlawan Nasional AR Baswedan ini berupa gagasan dan inovasi di dunia gerakan mahasiswa saat itu.
Sejumlah tokoh-tokoh aktivis mahasiswa memberikan kesaksian inovasi gerakan mahasiswa yang diinisiasi Anies Baswedan. Kesaksian itu diungkapkan oleh Elan Satriawan dan Lukman Hakim dari Fakultas Ekonomi dan Jangkung dari Fakultas Pertanian.
Kesaksian ketiga mantan aktivis ini diabadikan dalam video TikTok seperti yang diterima KBA News di Yogyakarta pada Selasa, 18 April 2023.
Elan Satriawan, pria yang kini menjadi Dosen di Fakultas Ekonomi UGM ini mengungkapkan, inovasi dan keberanian Aies Baswedan saat kuliah di UGM luar biasa. Waktu itu, Anies memilih format yang berbeda dalam gerakan mahasiswa, yakni melalui riset.
“Jadi artinya, gerakan mahasiswa tidak harus turun ke jalan, tetapi juga ditopang riset-riset yang menjadi ciri dari masyarakat kampus,” kata Elan.
Mantan Ketua Senat UGM setelah kepemimpinan Anies ini mengungkapkan, aktivis mahasiswa tidak sekadar butuh keberanian. Namun juga inovasi dan inovasi yang bisa diberikan adalah yang sesuai dengan kompetensinya.
“Soal demo-demo, tidak ada yang meragukan nyali Anies Baswedan. Dia selalu berada di garda depan,” imbuhnya lulusan Master of Economic of Development, The Australian National University, Canberra, Australia ini.
Menurut dia, gagasan yang fenomenal dari Anies Baswedan yakni kajian atau penelitian Tata Niaga Cengkeh. Kondisi petani saat itu sangat memprihatinkan. Hasil panen yang seharusnya mensejahterakan petani, namun justru menderita.
“Jadi spiritnya waktu itu, mahasiswa mengritik pemerintah tidak hanya dengan demo-demo, tetapi juga membahas sekaligus memberikan solusi persoalan yang dihadapi masyarakat,” ujar alumnus S3 Doctor of Philosophy, Michigan State University ini.
Elan mengakui, penelitian ini memang penuh risiko karena harus berhadapan dengan negara sekaligus dengan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang saat itu diketui Tommy Soeharto.
“Tapi demi mengangkat kesejahteraan petani yang terus dieksploitasi, kami mengambil risiko itu. Saya sendiri saat itu sebagai Sekjend BEM UGM sekaligus didaulat sebagai Ketua Tim Penelitian Tata Niaga Cengkeh,” ungkapnya.
Menurut dia, keberanian saat itu luar biasanya karena berhadapan dengan Tomy Soeharto, yang itu Soeharto masih sangat berkuasa.
“Kita tidak membayangkan tahun 1998 di mana orang-orang sudah tahu ini tinggal waktunya (lengseh). Tapi ini tahun 1992, Anies membentuk tim yang behadapan langsung dengan Tomy Soeharto,” kenangnya.
Lukman Hakim mengatakan, Anies menginisiasi lembaga mahasiswa intra kampus yang benar-benar peduli masalah bangsa. “Bagi saya, ini debutan dari Anies yang luar biasa,” ungkapnya.
Ketua Umum DPP Jaringan Relawan Anies Baswedan (Jarnas ABW) ini mengungkapkan, saat itu Anies dan teman-teman Gadjah Mada menunjukkan bahwa seorang aktivis tidak semata-mata harus berdemo. “Tetapi juga harus punya basis riset yang kuat,” tegasnya.
Sementara Jangkung dari Fakultas Pertanian UGM menyatakan, sangat sulit bisa menyatukan orang-orang ini dalam satu tim. “Jadi semua orang tahu, tim itu ada karena Anies yang menginisiasi. Kalau Anies tidak ada, tim ini nggak bakal ada juga, karena tidak ada yang menyatukan tim,” jelasnya.
Menurut dia, tim ini banyak menerima ancaman, khususnya kepada Anies Baswedan. “Dia sering diikuti orang tidak dikenal, banyak ditelpon, mendapat surat yang isinya ancaman,” ujarnya.
“Anies nggak ngomong. Sampai akhirnya kami presentasi Anies baru ngomong. Itu hebatnya Anies. Jadi dia tidak ingin menggangu tim, tim bekerja ya bekerja saja. Yang diteror itu sebenarnya dia. Semua orang tahu, karena semua intinya ada pada dia,” jelasnya. (kba)