Anies Baswedan tidak merasa kikuk (pakewuh) berwisata kuliner dengan menikmati masakan tradisional di warung-warung sederhana. Bukan lagi rahasia ia suka makan di warteg dan warung tenda.
Menjadi pejabat publik itu gampang-gampang susah. Ada enaknya, tetapi kadang merasakan serbasulit. Gerak pun menjadi terbatas. Tidak jarang yang menginginkan menjadi pejabat publik karena bisa lebih berbuat banyak untuk perbaikan kehidupan masyarakat. Hidup menjadi lebih bermakna karena kebijakannya bisa berdampak langsung bagi kehidupan jutaan orang.
Di sisi lain, bagi sebagian orang, menjadi pejabat publik dirasakan membelenggu waktu dan keleluasaannya di tengah publik. Menjadi terbatas dan tidak bebas.
Namun, yang demikian tampaknya tidak berlaku pada seorang Anies Baswedan. Siapa pun teman maupun kolega paham betul betapa sejak muda hingga dewasa Anies merupakan sosok bersahaja. Sosok yang tidak mengada-ada.
Ia suka berolahraga, seperti jalan cepat, jalan sehat, atau bersepeda (gowes). Ia biasa melakukannya di tengah publik meskipun berisiko dikerumuni warga. Tidak sedikit yang menginginkan berswafoto (selfie) atau sekadar bertegur sapa dari dekat dengan sang gubernur.
“Mimiknya enak dipandang. Air mukanya jernih, bikin adem, deh,” tutur seorang ibu berusia 40-an tahun berdarah Betawi di wilayah Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Keriuhan hampir selalu terjadi ketika Anies berolahraga di tengah publik. Boro-boro berolahraga dengan rileks, waktunya pun tersita untuk menuruti keinginan publik.
”Yang penting gua juga jalan cepat dan lari, kok, bro, tetapi di atas threadmill di rumah,” ujar Anies, disambung tawanya yang renyah.
Jika ada pejabat publik atau tokoh disibukkan dengan menjaga imej dengan gaya bicara maupun penampilan di tengah publik, Anies tidak termasuk dalam kategori itu. Ia tidak ambil pusing dengan penampilannya dengan berpakaian yang sederhana. Sekadarnya.
Bisa dibilang, ia sosok yang antitesis pencitraan. Bukan dibuat-buat, tetapi memang sudah dari sono-nya. Daripada diribetkan soal-soal mode pakaian, merek baju, celana , sepatu, sabuk, dan segala pernak-pernik penampilan, ia lebih memikirkan gagasan dan tanggung jawabnya. Anies berpegang teguh bahwa jabatan itu amanah, bukan untuk gagah-gagahan.
Selain saat berolahraga, kebersahajaan juga didapati pada sosok Anies ketika ia tidak merasa kikuk (pakewuh) berwisata kuliner dengan menikmati masakan tradisional di warung-warung sederhana. Bukan lagi rahasia Anies suka makan di warteg dan warung tenda sejak sebelum menjabat sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta.
Warteg dan warung tenda dikenal menyajikan aneka makanan enak dengan harga yang sangat terjangkau. Ramah dengan isi kantong. Dalam sejumlah kesempatan Anies mengunggah kegiatan berkuliner di warteg dan warung tenda itu di akun media sosialnya.
Dalam sebuah kesempatan, Anies terlihat sedang menikmati santap pagi di sebuah warteg di sekitar Pekojan, Tambora, Jakarta Barat. Dalam kesempatan lain, ia mengajak sejumlah orang untuk bersantap bersamanya di Warteg Nurul di kawasan Menteng.
Warteg lainnya yang dikunjungi adalah Gewart Dago di kawasan Halim, Jakarta Timur. Anies dan sejumlah stafnya ke Gewart Dago dengan bersepeda. Mereka sepakat gowes setelah melakukan rapat koordinasi.
Bukan hanya makan di warteg, dalam kesempatan lain Anies bersantap siang di sebuah warung gudeg di kawasan Matraman, Jakarta Timur. Setelah bersepeda pagi pada Maret lalu, ia juga bersantap di sebuah warung gudeg di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.
“Ingin mampir sarapan gudeg. Cari di internet, menemukan nama Gudeg Bu Tinah dengan rating yang sangat tinggi dari warganet,” tulis Anies di akun Instagram-nya.
“Makan gudeg gub rasa presiden,” tulis pemilik akun @dwie_ortega mengomentari unggahan Anies tersebut.
Yang dilakukan Anies memancing gelombang respons positif tidak hanya pengusaha warteg dan warung tenda, tetapi juga warganet. Pada satu sisi, kegiatan itu dinilai sangat positif untuk mempromosikan Jakarta. Di sisi lain, semua itu membuktikan secara nyata kepedulian Anies terhadap UMKM. Ia juga telah menyinergikan program unggulan Pemprov DKI Jakarta dan warteg agar para pengusaha mikro di bidang kuliner akan lebih berkembang. (kba)