Prediksinya pemungutan umum ulang (PSU) tanpa Gibran. Itu dalil minor yang diminta kubu 01. #kbanews
YOGYAKARTA | KBA – Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof. Dr. Dimyati MSi memprediksi hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) perihal sidang perkara sengketa Pilpres 2024, akan mendiskualifikasi cawapres 02 Gibran Rakabuming Raka.
Hal tersebut berdasarkan pencermatan selama sidang termasuk keterangan para saksi fakta dan ahli. Selain itu juga berdasarkan komposisi delapan hakim MK tanpa Anwar Usman.
“Prediksinya pemungutan umum ulang (PSU) tanpa Gibran. Itu dalil minor yang diminta kubu 01,” kata Prof Dimyati saat dihubungi KBA News, Senin, 15 April 2024.
Menurut dia, berdasarkan petitum utama dari paslon 01 dan 03 sama-sama menginginkan diskualifikasi paslon 02 Prabowo-Gibran. “Kalau dalil maksimal diskualifikasi dua-duanya (Prabowo-Gibran) saya kira relatif berat. Sehingga jalan tengah, saya menduga ya, bukan mendahului apa yang nanti diputuskan, tapi seharusnya PSU tanpa Gibran sebagai cawapres Prabowo,” jelasnya.
Prof Dimyati menilai PSU tanpa Gibran menjadi satu keputusan atau solusi terbaik yang diambil MK. Artinya Prabowo mencari pengganti cawapres lain. “Prabowo tidak perlu khawatir, bisa jadi saat dilakukan PSU dengan menggandeng cawapres lain, bisa jadi menang,” ungkapnya.
Dia mengatakan, jika Prabowo di PSU tanpa Gibran menang lagi, legitimasi Prabowo lebih bagus dibanding saat berpasangan dengan Gibran karena sarat dugaan nepotisme yang kasat mata. “Jika Prabowo menang legitimasi sangat tinggi, apalagi jika Pilpres dilakukan dengan fair tanpa ada cawe-cawe Jokowi,” paparnya.
Prof Dimyati menggarisbawahi sebenarnya yang penting bukan menang dan kalah. Hal yang lebih penting yakni penyelenggaraan pemilu yang menerapkan asas jurdil luber (jujur, adil, langsung, umum, dan rahasia). Dengan pemilu yang jurdil luber maka pemimpin yang dihasilkan mendapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat.
“Berbeda dengan sekarang, Prabowo menang tapi punya beban karena harus menggendong Gibran yang banyak pihak menganggap sangat kontroversial,” tegasnya.
Dia menilai, masyarakat tidak suka bukan kepada Prabowo, tapi pada dinasti politik yang sedang dibangun Jokowi. “Gibran itu kontroversial karena menjadi cawapres karena ada paman di MK. Sarat nepotisme,” ungkapnya. (kba)