Sekali saja lembaga itu salah bertindak maka akan fatal akibatnya.
KPK jangan gegabah mengusik Anies. Rakyat yang sudah sengsara dan menderita sekarang ini akan melakukan perlawanan terakhir jika Anies yang merupakan harapan terakhir rakyat diganggu.
JAKARTA | KBA – Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) hendaknya berhati-hati dalam menetapkan Anies Baswedan sebagai tersangka korupsi. Jadilah lembaga penegak hukum dan hindari diri dari mengabdi pada per orangan atau kelompok dan menjadi alat kekuasaan. Sekali saja lembaga itu salah bertindak maka akan fatal akibatnya.
Aktivis Gerakan Reformasi ’98 Andrianto menyatakan hal itu kepada KBA News, Sabtu, 1 Oktober 2022, menanggapi berita panas yang dibuat oleh Koran Tempo edisi hari ini. Di sana disebut, Ketua KPK Firli Bahuri aktif mendesak agar para penyidik KPK menetapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai tersangka kasus Formula E.
“Firli tidak disangkal lagi adalah Ketua KPK yang terjelek dalam sejarah lembaga itu. Kejelekannya akan semakin kentara kalau dia salah menetapkan status Anies. Sebab, ada adigium dalam penegakan hukum. Lebih membebaskan seribu orang yang bersalah, daripada menghukum seorang yang tidak bersalah,” kata akvitis Perhimpunan Menemukan Kembali Indonesia (PMKI) itu.
Ditambahkan oleh Andrianto, kecurigaan bahwa KPK akan menjual integritas dan wibawanya sudah muncul sejak Pengurus Partai Demokrat Andi Arief menyatakan dalam sebuah video bahwa Presiden Jokowi menyatakan Anies sebentar lagi menjadi tersangka Korupsi. “Publik menunggu-nunggu benar tidaknya informasi itu. Laporan Tempo itu bagai mengkonfirmasikan bahwa berita itu benar adanya. Bahwa KPK sudah dijadikan alat kekuasaan, yang jauh dari tujuan dan maksud semula dari dibentuknya lembaga antirasuah itu,” katanya.
Sangat khawatir
Andrianto menilai pemegang kekuasaan sekarang ini sangat khawatir atas elektabiltas Anies. Anies diyakini akan memenangkan kontentasi Pilpres pada 2024. Popularitasnya sangat tinggi, yaitu melampaui Ganjar, Prabowo maupun Puan. “Karena itu, rezim ini ketakutan dan memutuskan bahwa Anies tidak boleh ikut dalam kontestasi itu. Berbagai macam cara dilakukan termasuk kemungkinan menjadikan dia sebagai tersangka.”
Menurutnya, Anies sendiri menunjukkan dirinya sebagai antitesa Jokowi. Dia tidak pernah berjanji tetapi selalu memberikan bukti. Anies pandai dan terlihat menguasai masalah, tidak pernah melakuan pencitraan. “Dia pun terlihat cerdas di mata dunia internasional dan bisa menjelaskan masalah-maslah rumit dalam bahasa Inggris. Pokoknya dia merupakan antitesa Jokowi,” katanya.
Selama ini, ujar Andrianto, rakyat merasakan hidup menderita. Harga-harga kebutuhan pokok naik, BBM naik, pegangguran marak, PHK di mana-mana, daya beli hancur, utang Negara semakin besar. Terakhir yang miris adalah pengumuman Bank Dunia bahwa Indonesia masuk dalam 100 negara termiskin di dunia.
Maka, sambung dia, wajar jika rakyat berharap banyak kepada Anies bahwa dia akan memperbaiki apa-apa yang dirasakan tidak enak selama ini. “Karena itu, saya ingatkan, KPK jangan gegabah mengusik Anies. Rakyat yang sudah sengsara dan menderita sekarang ini akan melakukan perlawanan terakhir jika Anies yang merupakan harapan terakhir rakyat diganggu,” tegas Andtianto. (kba)