Capres atau cawapres yang tidak mundur dari kabinet membuat kepercayaan publik kepada kepemimpinan nasional menurun. Hal ini disebabkan ada persoalan etika dan potensi konflik kepentingan dalam kepemimpinan nasional. #aminkanindonesia
YOGYAKARTA | KBA – Cawapres nomor 3 Mahfud MD mundur dari kursi kabinet selaku Menko Polhukum diapresiasi. Di sisi lain, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto belum ada tanda-tanda mundur dari Menteri Ketahanan. Begitu juga cawapresnya, Gibran Rakabuming Raka tidak mundur dari Wali Kota Solo.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono menilai, fenomena pejabat negara yang maju sebagai capres menunjukkan ada sejumlah permasalahan kepemimpinan nasional.
Dari segi kepemimpinan, secara umum ada tiga persoalan mendasar. Persoalan yang paling utama adalah krisis etika. “Pertama adalah krisis kepercayaan yang berkaitan dengan etika,” katanya kepada KBA News, Kamis, 1 Februari 2024.
Menurut Prof Heru, pejabat yang maju dalam konstestasi Pilpres namun tidak mundur dari jabatannya di kabinet menimbulkan konflik kepentingan dalam kepemimpinan nasional. Agar tidak ada konflik kepentingan seharusnya mundur dari kabinet.
“Tampak tidak kompak apalagi bersinergi dalam kepemimpinan nasional di bawah presiden Joko Widodo saat ini,” ungkap Guru Besar Leadership dan Manajemen Human Capital yang mengajar di UMY dan UGM Yogyakarta ini.
Dia mengatakan, dampak atau konsekuensi capres tidak mundur akan membuat kepercayaan publik kepada kepemimpinan nasional menurun. “Hal ini disebabkan ada persoalan etika dan adanya potensi konflik kepentingan dalam kepemimpinan nasional,” tegasnya.
Seperti ketahui, Mahfud MD menjadi menteri petama yang mengundurkan diri dari kabinet Presiden Jokowi. Mahfud merupakan cawapres yang berpasangan dengan Ganjar Pranowo.
Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) DR. Wakhudin M.Pd mengapresiasi langkah Mahfud MD meski pengunduran dirinya dari kabinet terbilang telat. Seharusnya Mahfud MD mundur sejak awal begitu resmi menjadi cawapres, bukan detik-detik terakhir atau dua minggu jelang pencoblosan 14 Februari 2024 mendatang.
“Mahfud MD sudah tepat (mundur) meski agak telat. Mestinya begitu mencalonkan diri langsung mundur dari jabatan menteri. Tapi setidaknya better late than never,” katanya. (kba)