Jadi ide Anies Baswedan ini membuat kita bawa proposal tidak dengan kepala tertunduk, tapi dengan gagah, berwibawa dan bermartabat
YOGYAKARTA | KBA – Anies Baswedan kuliah di UGM Yogyakarta. Banyak cerita inspiratif terungkap dari teman-temannya. Salah satunya diungkapkan oleh Muhammad Al Amin, teman akrab Anies Baswedan di UGM.
Di mata Amin, cucu Pahlawan Nasional AR ini merupakan sosok yang kerap melahirkan ide-ide brilian, yang sering tidak terpikirkan oleh teman-teman saat itu. Selain itu, ide dan gagasannya unique dan orisinil. “Anies itu gagasannya unpredictable dan unique,” katanya kepada KBA News, Rabu, 1 Februari 2023.
Amin menceritakan, mengenal akrab Anies Baswedan saat keduanya terlibat dalam kepanitiaan kegiatan Ramadan Fakultas Ekonomi UGM. Kebetulan keduanya berada dalam satu fakultas yang sama, dan satu angkatan. “Saya dan Mas Anies satu angkatan, 1989. Namun, kami beda jurusan,” ungkapnya.
Menurut dia, dalam kepanitiaan kemahasiswaan adalah hal biasa menggalang donatur melalui proposal untuk kegiatan. Bendahara panitia biasanya juga sudah membuat list atau daftar yang akan dimintai donasi.
“Saya masih ingat rapat kepanitiaan digelar di sekitar musala fakultas. Anies saat itu mengkritik cara-cara yang biasa seperti itu. Di sisi lain, Anies juga memberi ide dan solusi,” jelas Amin.
Pria yang kini berdomisili di Kota Solo ini mengungkapkan, saat itu Anies mengeluarkan ide agar dalam penggalangan dana tidak sekedar meminta kepada donatur, khususnya dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi.
Amin menceritakan, Anies saat itu menjelaskan, di ruang-ruang dosen banyak buku yang tidak terawat. Berdebu karena tidak bersampul. “Anies mengusulkan agar tidak sekedar meminta sumbangan, tetapi juga menawarkan jasa merapikan dan menyampuli buku milik dosen,” katanya.
Padahal tiap dosen punya satu ruang sendiri. Tiap dosen rata-rata punya ratusan buku. “Jasa yang ditawarkan, menyampuli per buku tarifnya sekian. Misalnya per buku Rp5.000. Jika ada 100 buku kan lumayan tuh,” ungkapnya.
Ide Anies Baswedan ini ditindaklanjuti panitia. Proposal pun dibuat lalu disebarkan donatur atau dosen dan karyawan. Respons dari dosen dan karyawan bagus, bahkan mengapresiasinya. “Jadi ide Anies Baswedan ini membuat kita bawa proposal tidak dengan kepala tertunduk, tapi dengan gagah, berwibawa dan bermartabat,” kata Amin.
Dia menggarisbawahi, ada tiga makna yang bisa diambil dari gagasan Anies Baswedan. Pertama, ada transkasi ekonomi, donatur memberikan bantuan. Ada transaksi sosial, hubungan dosen dan mahasiswa lebih akrab.
“Tentunya satu lagi ibadah. Dosen memberikan ikhlas dan berlebih dari nilai jasa yang dikerjakan. Misalnya, hHarusnya yang dibayarkan Rp100 ribu bisa memberikan Rp150.000,” jelasnya. (kba)