Tapi politik identitas tidak dilakukan oleh Pak Anies Baswedan, melainkan oleh lawan politiknya.
JAKARTA | KBA – Pemerhati Pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, Anies Baswedan menang di Pilgub DKI Jakarta pada 2017 lalu memang karena politik identitas.
“Sebagai seorang Nasrani, yang tinggal di wilayah DKI Jakarta, saya sering di tanya apakah benar Pak Anies Baswedan menang di Pilgub DKI 2017 karena politik identitas? Dan saya selalu menjawab dengan tegas Itu benar,” katanya dikutip KBA News dari YouTube resminya, Senin, 13 Februari 2023.
Menurutnya, Anies Baswedan menang di Pilgub DKI Jakarta tahun 2017 karena politik identitas. Kalau saja lawan politik Anies pada saat itu, tidak mengutip ayat-ayat suci dari kitab suci yang bukan agamanya, dan dipakai untuk berkampanye, hampir dipastikan Anies Baswedan akan kalah saat itu.
“Karena pada saat itu hasil survei elektabilitas, popularitas dari gubernur incumbent jauh berada di atas Pak Anies Baswedan. Tapi karena langkah yang diambil dalam berkampanye sangatlah tidak etis,” jelasnya.
“Menyakiti hati saudara-saudara kita yang beragama muslim. Karena berani mengutip ayat-ayat dari kitab suci yang bukan agamanya. Dan di pakai untuk berkampanye membuat banyak orang marah, banyak orang sakit hati,” katanya lagi.
Atas kesalahan lawan politik Anies itulah akhirnya muncul demo masif. Mulai dari 411 hingga 212 di Jakarta. “Yang saya sebagai saksi sejarah melihatnya satu hal fenomena yang sangat menarik. Kenapa? Karena yang hadir di acara adalah mereka-mereka yang latar belakangnya berada,” ucapnya.
“Jadi, tidak hanya dari satu kelompok saja seperti yang ditunjukkan dan banyak pihak. Tapi ada teman-teman saya yang dari dulu berkawan dengan kami yang berbeda agama, kepercayaan, latar belakang, suku, daerah, itu sudah seperti saudara sendiri,” katanya.
Menurutnya, kelompok yang melakukan demo karena lawan politik Anies Baswedan tersebut bukanlah orang intoleran dan radikal.
“Itu hadir semua dalam kegiatan itu, dalam kebersamaan karena hatinya tersakiti. Nah, dari situlah kenapa Pak Anies Baswedan yang pada saat itu kuda hitam mendapat simpati yang luar biasa dari masyarakat,” jelasnya.
Menurutnya, jadi kejadian kasus itu, masyarakat Indonesia merasa mereka butuh dipimpin yang rendah hati, orang yang toleran dan bisa merangkul semua. “Itu yang membuat Pak Anies menang. Dan acara 212 ini berulang kali di coba untuk diulang, gak pernah berhasil. Kenapa? Karena momennya, semangatnya beda,” katanya.
Oleh karenanya, ia kembali mengatakan bahwa Anies Baswedan menang Pilgub DKI 2017 memang karena politik indentitas. “Tapi politik identitas tidak dilakukan oleh Pak Anies Baswedan, melainkan oleh lawan politiknya,” katanya.
Dan itu, lanjut dia, sudah terbukti lawan politik Anies Baswedan terbukti bersalah. Secara fakta sudah mendapatkan dakwaan penistaan agama dan sudah menjalani hukumannya.
“Jadi, harapan saya masyarakat Indonesia bisa menyadari fakta sejarah yang sesungguhnya. Jangan dibelokkan untuk kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Atau untuk mendiskreditkan orang-orang yang tidak bersalah,” ujarnya. (kba)