Anies bersyukur bisa tinggal dengan Barkah sejak bayi. Dia melalui hari-harinya dengan sang nenek dan berpisah sebentar saat harus melanjutkan studi ke Amerika Serikat.
Perempuan bernama Barkah Al Ganis itu masih tetap aktif meski usianya sudah menginjak 91 tahun. Duduk di kursi roda, senyumnya selalu semringah saat bertemu dengan siapapun.
Anies mengaku sang nenek selalu mengajak berdiskusi setiap tamu yang berkunjung di rumah. Cerita ini dia tulis di akun Instagram pribadinya @aniesbaswedan. Barkah kata dia terus mengikuti perkembangan dunia dengan membaca koran.
“Mengikuti perkembangan & tetap ajak diskusi siapapun yg berkunjung hingga menjelang wafat di usia 93 tahun. Badannya memang tlh menua tp pikiran & semangatnya sll muda,” tulis Anies dalam staus di Instagram seperti dikutip KBA News, Kamis, 22 Desember 2022.
Anies bersyukur bisa tinggal dengan Barkah sejak bayi. Dia melalui hari-harinya dengan sang nenek dan berpisah sebentar saat harus melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Bakat kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu kemungkinan besar salah satunya diturunkan dari sang nenek, yang rutin mengajak dia hadir di berbagai pertemuan organisasi perempuan.
“Selama bersama di Jogja itu pula, berderet kisah perjuangan & hikmah hidup yg diceritakannya, termasuk kisahnya ttg keberangkatan ke Kongres Perempuan itu,” tulis Anies.
Menurut Anies, pada #HariIbu di Indonesia, momen ini bukan hanya dipakai sebagai pengingat “ibu” yang melahirkan dan membesarkan. Hari bersejarah ini juga menjadi pengingat baginya bahwa para perempuan juga berjasa besar dalam memngusahakan kemerdekaan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Barkah, merupakan salah seorang peserta Kongres Perempuan Indonesia pertama di Indonesia pada 22-25 Desember 1928 lalu di Yogyakarta.
Dianggap sebagai tonggak sejarah kebangkitan perempuan Indonesia yang berhasil menyatukan seluruh perkumpulan kaum perempuan ke dalam “Perikatan Perempuan Indonesia”, maka saat pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung tahun 1938 ditetapkan tanggal pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia pertama itu sebagai Hari Ibu.
Dalam perjalanan waktu kemudian Presiden Soekarno ketika itu mengesahkannya melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 sehingga setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu sampai saat ini.
Barkah harus bersusah payah mengikuti kongres pertama tersebut. Pihak Belanda ketika itu melarang orang-orang daerah untuk mengikuti kongres tersebut, termasuk Barkah dan kawan-kawannya sesama pegiat pergerakan perempuan yang dari Tegal. (kba)