Anies Baswedan selaku lokomotif penggerak percepatan kemajuan Jakarta dalam segala aspek, mampu melakukan pendekatan konfrehensif.
Anies Baswedan selaku lokomotif penggerak percepatan kemajuan Jakarta dalam segala aspek, mampu melakukan pendekatan konfrehensif.
Terlalu banyak reputasi yang ditorehkan, tetapi satu dari puluhan kebijakan populis dengan pendekatan komprehensif yang dijalankan Anies Baswedan adalah kebijakan ruang sosial (social space).
DALAM berbagai kesempatan Gubernur DKI Jakarta Anies Bawedan menyampaikan bahwa selama ini masyarakat Indonesia menjadikan tempat perbelanjaan sebagai ruang ketiga dalam kehidupan sehari-hari mereka, setelah rumah, tempat belajar, dan tempat kerja. Padahal, tempat perbelanjaan seperti mal bukanlah tempat yang tepat untuk membangun ruang interaksi sosial, membangun harmoni, menciptakan kesetaraan, dan keakraban antarwarga.
Bisa dilihat, di Jakarta banyak mal yang hanya dikunjungi oleh orang-orang tertentu dengan strata sosial tertentu. Orang-orang biasa tidak bisa menikmati mal-mal seperti itu. Mal hanya menunjukkan perbedaan strata sosial masyarakat.
Anies ingin menciptakan ruang ketiga sebagai ruang publik yang dapat dinikmati oleh semua strata sosial, dengan tidak membedakan kedudukan dan jabatan, maupun status mereka ketika menikmati ruang publik tersebut. Juga tanpa harus menanggalkan status strata sosial mereka yang sebenarnya. Itulah kesetaraan dan keadilan sosial yang ingin dibangun oleh Anies dalam menciptakan persatuan untuk Jakarta yang lebih baik dan lebih maju, sesuai tagline ‘Maju Kotanya, Bahagia Warganya.’
Untuk itu, sejak 2018, Anies membangun berbagai ruang publik seperti Taman Kota, Hutan Kota, Jalur Hijau, Trotoar, hingga Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Sampai tahun 2021, Anies telah merevitalisasi 296 Taman Kota, 29 Hutan Kota, dan 154 Jalur Hijau. Anies juga telah membangun dan merevitalisasi 241 kilometer trotoar di seluruh penjuru Jakarta dengan konsep complete street, yakni memenuhi semua aspek, yaitu trotoar yang tidak hanya berfungsi untuk pejalan kaki. Multi manfaat!
Terkait ruang publik multi manfaat yang dibangun oleh Anies Basawedan ini, KBA News mewawancari pakar kebijakan publik dari Univeristas Indonesia (UI) dan juga akademisi Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Dr. Ir. Jamal Bake, M.Si.
KBA News: Bagaimana idealnya kebijakan membangun sebuah kota megapolitan Jakarta, menurut Anda?
Jamal Bake: Pemilik ototoritas di Jakarta, harus menggunakan pendekatan komprehensif dalam merumuskan kebijakan, menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik.
KBA New: Bisa diperjelas, apa arti kebijakan komprehensif?
Jamal Bake: Pendekatan komprehensif artinya pemerintah harus mampu mengidentifikasi segala persoalan terkait, menemukan data yang benar, memahami siapa menerima manfaat, apa kebutuhannya, bagaimana prosesnya, apa outputnya, manfaatnya untuk siapa, apa dampaknya sekarang dan jangka panjang;
KBA News: Seperti apa kebijakan era Anies Baswedan gubernur DKI Jakarta yang Anda lihat?
Jamal Bake: Terlihat jelas, Anies selaku lokomotif penggerak percepatan kemajuan Jakarta dalam segala aspek, mampu melakukan itu. Terlalu banyak reputasi yang ditorehkan, tetapi di momen ini saya hanya melihat satu dari puluhan kebijakan populis dengan pendekatan komprehensif yang dijalankan Anies Baswedan.
KBA News: Apa itu?
Jamal Bake: Satu diantaranynya kebijakan ruang sosial (social space); ruang sosial ini saya baca dan saya dengar langsung narasi pak Anies Baswedan, disiapkan dan dibangun sebagai ruang publik terbuka untuk berbagai manfaat, sebagai ruang interaksi membangun harmoni dan keakrabaan sosial, tempat jalan kaki berolah raga pagi dan sore hari, bersepeda pada ruang tersedia. Ini sangat nyata hasilnya dan telah dimanfaatkan.
Konsepnya jelas beliau memperhatikan betul siapa yang butuh ruang sosial. Ternyata bukan hanya warga DKI sendiri yang nikmati, tetapi semua orang yang datang di Jakarta pasti menikmati itu. Saya sendiri tinggal di Kendari dan banyak orang daerah datang ke Jakarta, menikmati betul suasana nyaman jalan kaki di atas trotoar, dan santai di ruang publik sambil minum kopi yang dijajakan oleh pedagang keliling yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan, menyebar di setiap sudut kota Jakarta, pada setiap ruang sosial tersedia.
KBA News: Ada manfaat dan dampaknya?
Jamal Bake: Saya melihat ada tiga manfaat nyata dari ruang sosial seperti yang dibangun Anies. Pertama, itu tadi, sebagai ruang interaksi sosial, membangun keakraban dan harmoni sosial sebagai bagian dari mengembangkan peradaban keindonesiaan, manfaat kesehatan bagi warga yang ada dan hadir di Jakarta sebagai Ibu Kota dan kota bisnis.
Ruang itu menjadi tempat berolahraga, bersantai melepas letih dengan duduk di trotoar yang rapi, indah dan nyaman;
Kedua, manfaat secara terknis, menjadikan kota megapolitian tertata rengan rapi, apik, indah, terpilah antara gedung menjulang tinggi, taman yang rapi, trotoar tempat bermain dan berjalan kaki, ada nuansa keadilan dalam penggunaan ruang di wilayah Jakarta ini.
Bukan saja dinikmati kapitalis dengan nginap di hotel berbintang, atau karyawan dana manajer yang berkantor di gedung tinggi, melainkan warga pinggiran orang kecil, rakyat biasa yang setiap saat berkeliling, bermain di sepanjang jalan dan ruang tersedia.
Ini tentu saja bukan hanya sekarang tetapi selamanya Jakarta menjadi milik semua lapisan masyarakat;
Ketiga yang tidak kalah menarik adalah fenomena berjamurnya pedagang kopi dan minuman segar keliling serta pedagang makanan keliling atau yang berada di sekitar gedung tinggi juga disediakan.
Ribuan karyawan hotel dan perkantoran di Jakarta, tidak mungkin selalu makan dan minum di restoran dengan penghasilan terbatas. Kehadiran pedagang ini sangat membantu mereka untuk makan dan minum pada jam kerja.
Itu berarti memberikan manfaat ekonomi bagi warga masyarakat bawah, baik penjual maupun pembeli, dan berdampak pada kebangkitan ekonomi kerakyatan di kawasan megapolitan Jakarta.
KBA News: Apa harapan Anda setelah melihat kondisi seperti itu?
Jamal Bake: Ini adalah fakta sebuah kebijakan yang dirumuskan dan dijalankan dengan konsep yang jelas dirumuskan dengan pendekatan yang komprehensif dan terbukti memberikan manfaat dan dampak luas bagi seluruh kalangan, baik kapitalis pemilik properti hotel mewah gedung kantor, para karyawan yang dipekerjakan, masyarakat kecil, dan seluruh warga yang berada dan berukunjung ke Jakarta.
Ini seharusnya menjadi suatu model membangun kota megapolitan di mana pun di tanah air, apalagi kalau pak Aniesnya menjadi lokomotif percepatan kemajuan Indonesia, hahaha, pasti lebih baik.
Pemikir cerdas, selalu melahirkan gagasan dan konsepnya bagus. Jika kebijakannya tepat, implementasinya sesuai, hasilnya pasti maksimal, manfaatnya dirasakan dan dampaknya dinikmati seluruh warga masyarakat di negeri ini, sekarang dan selanjutnya.(kba)