Mr Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo lahir (23 Maret 1896 – 15 Desember 1978) adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat. Pahlawan Nasional, 2009. Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama, 1946-1950.
Achmad Soebardjo meraih gelar Meester dari Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933. Achmad Soebardjo lahir di Teluk Jambe, Karawang, pada 23 Maret 1896.
Ayahnya Teuku Muhammad Yusuf, keturunan bangsawan Aceh dari Pidie, pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi di Karawang. Kakek dari pihak ayahnya Ulee Balang dan ulama di wilayah Lueng Putu.
Ibu Achmad Soebardjo bernama Wardinah, keturunan Jawa-Bugis, anak dari Camat di Telukagung, Cirebon. Ayahnya semula memberinya nama Teuku Abdul Manaf, sedangkan ibunya memberinya nama Achmad Soebardjo.
Nama Djojoadisoerjo ditambahkannya sendiri setelah dewasa, saat ia ditahan di penjara Ponorogo, karena “Peristiwa 3 Juli 1946”. Achmad Soebardjo bersekolah di HBS Jakarta (setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917, lalu melanjutkan pendidikan di Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah Meester (setara dengan Sarjana Hukum) di bidang undang-undang, 1933.
Semasa menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan RI melalui beberapa organisasi, seperti Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda.
Pada bulan Februari 1927, ia pun menjadi wakil Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta, dan para ahli gerakan-gerakan Indonesia pada persidangan antarbangsa “Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah” yang pertama di Brussels, dan kemudiannya di Jerman. Pada persidangan pertama itu hadir juga Jawaharal Nehru dan pemimpin-pemimpin nasionalis yang terkenal dari Asia dan Afrika.
Sekembalinya ke Indonesia, Achmad Soebardjo aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan kemudian menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada tanggal 16 Agustus 1945 Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, dan pemuda-pemuda lain, membawa Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, dengan tujuan agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh Jepang.
Mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah, dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, Achmad Soebardjo melakukan perundingan. Achmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
Yusuf Kunto diutus untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Ia berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan.
Achmad Soebardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 11.30. Dengan jaminan itu, Komandan Kompi Peta Rengasdengklok bersedia melepaskan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
Konsep naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo di rumah Laksamana Muda Maeda. Setelah selesai dan beragumentasi dengan para pemuda, dinihari 17 Agustus 1945, Bung Karno pun segera memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Achmad Soebardjo dilantik sebagai Menteri Luar Negeri pada Kabinet Presidensial, kabinet Indonesia pertama. Achmad Soebardjo kembali menjabat menjadi Menteri Luar Negeri sekali lagi pada tahun 1951-1952, menjadi Duta Besar RI di Switzerland, 1957-1961.
Dalam bidang Pendidikan Achmad Soebardjo merupakan profesor dalam bidang Sejarah Perlembagaan dan Diplomasi Republik Indonesia di Fakutas Kesusasteraan Universitas Indonesia. Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pertamina, dan dimakamkan di Cipayung Bogor. Pemerintah mengangkat almarhum sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2009.
Muhammad Chirzin, Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dosen S3 Prodi Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Prodi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga, Ketua Umum MUI dan Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Yogyakarta. Pendidikan S1 Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama, S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Jurusan Akidah-Filsafat, dan S3 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Kajian Al-Quran.