Namun kali di Tomohon, seorang pengendara motor bernama Pak Ruben, menghentikan motornya lalu mengajak bersalaman. Memberi semangat untuk perjuangan Anies Baswedan. #kbanews
Saya dan Pak Saut, Bapak Pendeta Shepard Supit dan banyak kawan lainnya. Berbulan – bulan ini rajin mendatangi berbagai wilayah.
Tidak selalunya bersama. Kadang saya ke NTB, Sumatera Utara, Sumatera Barat dll. Pak Saut Ke Makassar, Jawa Tengah, dll. Dia berkeliling kampus.
Demikian pula Bapak Shepard Supit. Kami semua berbagi tugas untuk berkeliling untuk menyapa dan mendengar suara masyarakat.
Seringkali dalam perjalanan itu, saat berada di trotoar jalan raya. Seseorang datang menyalami dan mengajak berfoto bersama.
Bahkan saat di Sumatera Barat (Bukit Tinggi) saat berjalan kaki, sebuah mobil berhenti lalu pengemudi dengan bergegas keuar dari mobilnya. Untuk bersalaman lalu mengajak foto bersama. Hal demikin semakin rutin kami alami.
Namun kali di Tomohon, seorang pengendara motor bernama Pak Ruben, menghentikan motornya lalu mengajak bersalaman. Memberi semangat untuk perjuangan Anies Baswedan.
Di Tomohon sebuah daerah yang katanya Anies dan Cak Imin tak akan mendapat suara, sangat kecil untuk berpeluang menang. Karena label intoleran dan diskriminatif yang disebarkan oleh buzzer daki peradaban. Selama bertahun-tahun, melekat dibenak masyarakat di sana.
Namun ketika fakta-fakta terkuak, fitnah demi fitnah yang mereka sematkan dibantah secara langsung oleh para pemuka agama. Oleh mereka merasakan secara langsung kebijakan Anies yang menyetarakan selama memimpin Jakarta.
Framing jahat itu secara perlahan namun pasti runtuh.
Mereka yang selama ini ternakan oleh hoax para buzzer mulai terbuka. Fakta-fakta mengatakan sebaliknya.
Ketika kami sedang ingin menyebrang jalan untuk sebuah pertemuan. Seorang pengendara motor Pak Ruben namanya. Dia pun menghentikan motornya, menyalami Pak Saut dan saya, kemudian memberi semangat.
Insya Allah dalam satu dua bulan ke depan akan ada jutaan orang lainnya seperti Pak Ruben. Karena kebenaran selalunya menemukan jalannya sendiri.
Geisz Chalifah, Kolumnis