Di mata seorang sastrawan, Anies Baswedan dinilai sebagai intelektual yang berkebudayaan. #aminkanindonesia
JAKARTA | KBA – Presiden Penyair Indonesia (PPI) Sutardji Calzoum Bachri mempersembahkan puisi fenomenal yang berjudul Tanah Air Mata dalam pagelaran budaya bertajuk Ke Hulu Mencari Akar, ke Hilir Ikuti Aliran Air. Ke Melayu Kita Belajar, Temui Bahasa Indonesia yang Terlahir di Kunstkring Paleis Lantai 2, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Kamis, 26 Oktober 2023.
Di sela acara, KBA News mewawancarai Sutardji Calzoum Bachri, penyair kelahiran Rengat, Indragiri Hulu, Riau pada 24 Juni 1943 terkait sosok Anies Baswedan yang hadir menyampaikan orasi budaya. Di mata seorang sastrawan, Anies Baswedan dinilai sebagai intelektual yang berkebudayaan.
“Anies Baswedan adalah seorang intelektual yang berkebudayaan,” kata Sutardji kepada KBA News pada Kamis, 26 Oktober 2023.
Penyair yang mengkhatamkan studi doktoral Jurusan Administrasi Negara pada Fakultas Sosial Universitas Padjadjaran, Bandung ini menilai, perhelatan budaya yang menyajikan orasi budaya, pembacaan puisi, pameran lelang lukisan, dan tari zapin ini merupakan sebuah perhelatan yang menarik.
“Bagus dan menarik,” ujar anak kelima dari sebelas bersaudara, yang malam itu mengenakan topi trilby warna coklat dengan aksen hitam serta busana kemeja yang dilapisi jaket biru navy dan celana panjang tactical warna abu.
Menurut keterangan Ketua Panitia Ponco Seno dan Kurator Bambang Asrini Widjanarko kepada KBA News, acara ini sudah digagas sejak beberapa bulan lalu. Namun akhirnya dapat terwujud dua hari menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Selain Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang hadir menyampaikan orasi dan sekapur sirih, sejumlah tokoh turut hadir di antaranya Bambang Sutedjo (Musyawarah Reboan), Sahrin Hamid (Amanat Indonesia), H. Syaiful Huda (PKB), Ramadhan Pohan (KBA News), dan lainnya.
Sementara itu tokoh-tokoh seniman yang juga hadir di antaranya Jose Rizal Manua (penyair), Embie C. Noer (musikus dan komponis), serta sederet pelukis ternama yakni: Sohieb Toyaroja, Yusuf Susilo Hartono, Yose Rizal, Inanike Agusta, Fauzan Musaad, dan lainnya.
Dan perhelatan budaya menjadi semakin semarak dengan persembahan puisi dari Presiden Penyair Indonesia yang sudah berusia 82 tahun tapi masih memiliki pita suara yang indah sehingga diksi yang diucapkan melalui puisi tetap memiliki energi. Ia mengawali puisinya dengan irama yang menawan.
Berikut ini puisi Tanah Air Mata karya Sutardji Calzoum Bachri yang diciptakan tahun 1991 yang menggambarkan perlawanan sosial dari seorang sastrawan atas realitas kehidupan yang dihadapi oleh rakyat.
Tanah Air Mata
tanah airmata tanah tumpah darahku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan dukalara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke mana pun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke mana pun terbang
kalian kan hinggap di airmata kami
ke mana pun berlayar
kalian arungi air mata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa kemana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata kami
(kba)