Dia optimistis target tersebut akan tercapai mengingat antusiasme masyarakat terhadap pasangan AMIN.#kbanews
JAKARTA | KBA – Setelah KPU mengumumkan Daftar Calon Tetap (DCT) atau DCT anggota legislatif pada Pemilu 2024 pada 3 November 2023 kemarin, para caleg PKS langsung tancap gas. Mereka dituntut untuk memenangkan dua kontestasi sekaligus.
“Kami diperintahkan dua hal. Memenangkan Pak Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau pasangan AMIN dan semua caleg PKS diperintahkan untuk kerja keras memenangkan dapil masing-masing berkolaborasi dengan struktur dari tingkat DPW, provinsi, hingga tingkat ranting, desa/kelurahan,” jelas politikus senior PKS Andy Azisi Amin kepada KBA News, Selasa, 7 November 2023.
“Kita dikasih target. Misal saya di dapil 4 ditargetkan jumlah suara tertentu yang harus saya raih untuk pribadi,” sambung caleg DPRD DKI Jakarta dari daerah pemilihan (dapil) 4 yang mencakup kecamatan Cakung, Pulogadung, dan Matraman ini.
Demikian pula untuk pasangan AMIN, pihaknya juga didorong menggenjot suara untuk capres-cawapres yang diusung PKS yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan tersebut. Para caleg PKS di dapil 4 misalnya, ditarget harus bisa menyumbang 40-50 persen suara untuk pasangan AMIN .
Dia optimistis target tersebut tercapai mengingat antusiasme masyarakat terhadap pasangan mantan Gubernur DKI Jakarta dan Ketua Umum DPP PKB tersebut.
“Kira merasakan di lapangan. Saya jadi bongkar rahasia sedikit nih. Kalau kami datang, warga tahu kami ini caleg (partai pengusung) Anies Baswedan, langsung disambut silakan, silakan,” ucap pendiri Gerakan Konsumen Jadi Produsen ini.
Fakta di lapangan ini sangat jauh berbeda dengan berbagai temuan lembaga survei nasional. Karena itu dia curiga hasil sigi dari banyak lembaga survei yang menempatkan AMIN di posisi buncit dengan elektabilitas sangat rendah merupakan pesanan menonjolkan klien dan mendowngrade lawan politik.
“Repotnya lembaga survei di Indonesia tidak diatur. Kalau (lembaga survei) di Amerika diatur. Kalau macam-macam, itu bisa dibubarin,” tandas master ekonomi jebolan University of Illinois, Urbana-Champaign, Amerika Serikat ini. (kba)