Revitalisasi TIM sebagai upaya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengangkat derajat para seniman ke level nasional dan internasional dengan tanpa menghilangkan tujuan mulia berkesenian.
Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) sebagai upaya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengangkat derajat para seniman ke level nasional dan internasional dengan tanpa menghilangkan tujuan mulia berkesenian, yakni termasuk menciptakan peradaban manusia Indonesia yang lebih unggul dan berbudaya.
JAKARTA | KBA – Revitalisasi Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat yang dikerjakan oleh BUMD PT Jakarta Propertindo (JakPro) saat ini sudah mencapai lebih dari 100 persen dari seluruh pekerjaan tahap satu. Kini memasuki pekerjaan tahap dua yang telah mencapai 68 persen.
Revitalisasi TIM ini, PT Jakarta Propertindo (JakPro) berkomitmen untuk menghadirkan wajah baru tempat berkumpulnya para seniman Jakarta, namun tidak menghilangkan nilai seni dan fungsinya.
Revitalisasi TIM juga sebagai upaya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengangkat derajat para seniman ke level nasional dan internasional dengan tanpa menghilangkan tujuan mulia berkesenian, yakni termasuk menciptakan peradaban manusia Indonesia yang lebih unggul dan berbudaya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Taman Ismail Marzuki, tim KBA News mewawancarai Deputi Projects Director PT JakPro Tabah Noekman pada Senin, 20 Desember 2021.

KBA News: Konsep revitalisasi TIM seperti apa?
Tabah Noekman: Konsepnya ini membuat TIM Jakarta semakin modern. Seperti terasering tapi menggunakan kapal Pinisi, tapi gabungan rumah tinggal seperti panggung. Jadi kombinasi arsitektur nusantara. Kalau desain Gedung Panjang dan tekak-tekuk di atasnya itu kan seperti tangga nada Rayuan Pulau Kelapa, lagu ciptaan Ismail Marzuki. Tetapi melihatnya harus dari atas.
KBA News: Berapa luas kawasan TIM yang di revitalisasi?
Tabah Noekman: Luas kawasan PKJ TIM adalah 7 hektare, Tetapi yang di revitalisasi 5,9 hektare. Pelaksanaan proyek ini dibagi menjadi 3 tahap pekerjaan:
Tahap pertama, pekerjaan struktur, arsitektur, dan MEP (Mechanical – Electrical – Plumbing) untuk pembangunan Masjid Amir Hamzah, Gedung Parkir Taman, Perpustakaan Daerah, dan Wisma Seni.
Tahap kedua, pekerjaan struktur, arsitektur, MEP, special lighting exterior, pekerjaan lanskap dan infrastruktur kawasan (Gallery Annex, Planetarium dan Pusat Latihan Seni, Graha Bhakti Budaya, dan Teater Halaman);
Tahap tiga, pekerjaan interior, interior special lighting dan peralatan (Perpustakaan Daerah dan Wisma Seni, Gallery Annex, Planetarium dan Pusat Latihan Seni, Graha Bhakti Budaya).
KBA News: Apa saja fasilitas utama pada revitalisasi TIM?
Tabah Noekman: Ada Gedung Perpustakaan dan Wisma Seni, Gallery Annex, Graha Bhakti Budaya, Planetarium dan pusat latihan seni, Teater Halaman, Masjid Amir Hamzah, Gedung Parkir Taman, dan taman penghijauan.
KBA News: Kalau Fasilitas utamanya apakah sudah lengkap?
Tabah Noekman: Fasilitas gedung Graha Bakti Budaya lengkap dan berstandar Internasional. Ada orchestra lift yang panggung utamanya bisa naik turun sehingga pemain bisa lebih dekat dengan penonton.
Di sepanjang koridor tempat pertunjukan, disediakan tempat duduk bagi difabel yang bisa dilepas untuk kursi roda.
Semua desain fasilitas yang ada di TIM, dilengkapi fasilitas yang diperuntukan khusus bagi difabel, di setiap gedung hingga toilet dan ruang-ruang publik lainnya. Itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Pak Anies Baswedan.

KBA News: Apa sebetulnya yang paling berbeda dari TIM sekarang dengan TIM yang dulu?
Tabah Noekman: Perbedaannya banyak, TIM yang sekarang banyak TER-nya. Antara lain termodern, termegah, termanusiawi, terkooperatif, terintegrasi, dan terhijau. Di TIM yang sekarang, kita punya akomodasi, perpustakaan terintegrasi, punya pusat kesenian dan sastra berstandar internasional.
KBA News: Apa yang dimaksud dengan terhijau?
Tabah Noekman: TIM sekarang memiliki ruang publik hijau yang lebih luas. Sebelumnya ruang hijau TIM hanya 11 persen dari total luas area TIM yang mencapai 7 hektare. Setelah direvitalisasi, akan ada ruang hijau seluas 27 persen.
Jadi TIM itu mengusung konsep bangunan modern dan hijau, berwawasan ramah lingkungan, dengan tanpa menghilangkan fungsinya sebagai tempat berkesenian yang berkelas dunia.
KBA News: Sebetulnya apa sih yang diinginkan oleh Pemprov DKI dengan merevitalisasi TIM ini?
Tabah Noekman: Mengembalikan marwah TIM Jakarta seperti pertama kali dibangun oleh Gubernur Ali Sadikin, yakni menjadikan TIM sebagai pusat kesenian atau simpul budaya yang kemudian dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern dan berstandar internasional.
Keinginan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merevitalisasi TIM sangat bagus, yaitu ingin meningkatkan derajat para seniman. Membuat tempat untuk mereka berkarya dan berkesenian yang layak, sehat, bersih, tertata, berfasilitas modern, dan tidak kalah oleh pusat-pusat kesenian dunia.
Dengan demikian terbentuk ekosistem seni budaya dan pusat peradaban yang menimbulkan kebanggaan bagi para seniman Indonesia.
KBA News: Apa yang menjadi ukuran bahwa semua fasilitas TIM berstandar Internasional?
Tabah Noekman: Misalnya gedung Graha Bakti Budaya, nanti kapasitasnya mencapai 900 orang dari sebelumnya hanya 800 orang.
Sebetulnya, awal perencanaan kita akan membuat kapasitas Graha Bakti Budaya sebanyak 1.500 orang, tetapi teman-teman seniman protes karena waktu berkapasitas 800 orang saja Graha Bakti Budaya tidak pernah penuh, susah jual tiketnya.
Padahal menurut saya, seniman seharusnya tidak perlu memikirkan jumlah tiket, mereka cukup memikirkan bagaimana membuat karya yang berkualitas dan diminati banyak penonton. Berapa pun tiket yang terjual itu urusan pengelola. Mereka tugasnya membuat karya berkualitas, tampil, dan dibayar sesuai perjanjian, misalnya mereka tampil dibayar Rp 300 juta, ya sebesar itu mereka terima tanpa harus memikirkan tiket pertunjukannya terjual berapa.

KBA News: Kapan revitalisasi TIM selesai?
Tabah Noekman: Posisi sekarang kan progres pembangunan TIM sudah mencapai sekitar 68 persen. Tetapi ketika berbagai equipment impor sudah datang pada Januari dan Februari 2022, bisa naik drastis langsung 90 persen. Kalau equipment tidak seperti membangun struktur yang bertahap-tahap, jadi sebetulnya bisa langsung 100 persen.
KBA News: Kenapa bisa langsung naik drastis?
Tabah Noekman: Berbagai equipment untuk pentas seni banyak yang diimpor dari Eropa dan Amerika. Seperti sound sytem, lighting, orchestra lift, dan hal-hal yang terkait dengan kualitas pertunjukan didatangkan dari luar negeri karena kita semuanya mengikuti standar internasional, termasuk komputerisasinya.
Nah ketika semua barang-barang itu datang, progres kita bisa langsung melonjak hingga 90 persen. Saat ini kedatangan barang-barang impor itu masih tertahan akibat Covid-19.
KBA News: Selesai semuanya kapan?
Tabah Noekman: Kalau pemasangan equipment itu cepat. Tapi semua harus berakhir atau sudah selesai di Maret 2022. Jadi, Januari atau Februari barang datang, langsung kita pasang.
Pasang lampu-lampu lebih mudah karena sudah disiapkan tempatnya, tinggal templok-templok saja. Begitu juga berbagai peralatan lain seperti musik akustik, tata suara, dan yang lainnya relatif cepat. Paling lama sekitar dua minggu, selesai.
KBA News: Orang umum boleh tidak menginap di Wisma Seni TIM?
Tabah Noekman: Seharusnya boleh, sebab dari 139 kamar yang tersedia, 80 persen konsepnya bunkbed seperti yang diminta para seniman. Kemudian ada sekitar 20 persen dibuat mirip tipe kamar hotel, ada kamar standar dan suite room. Nah yang bisa disewa oleh umum itu yang 20 persen itu.
KBA News: Kenapa yang bisa disewa untuk umum hanya 20 persen?
Tabah Noekman: Itu hasil musyawarah dengan para seniman. Semula mereka tidak mau Wisma Seni dikomersialisasikan. Tapi kalau tidak seperti itu, dari mana membiayai Wisma Seni, masa membebani APBD lagi. APBD itu duit rakyat loh, bukan hanya duitnya seniman.
Jadi untuk subsidi silang, kita sepakati 20 persen bisa disewa untuk umum dengan harga lebih mahal dari bunkbed untuk seniman. Misalnya kalau harga kamar bunkbed hanya Rp 200 ribu, harga kamar standar di atas harga bunkbed dan harga kamar tipe suite room di atas kamar standar.
KBA News: Apakah sudah ada daftar harganya?
Tabah Noekman: Belum dibuat. Masih dibicarakan oleh tim tersendiri. Ketika sudah selesai dibahas nanti kita umumkan ke publik.
KBA News: Tapi boleh dong kalau ada seniman yang mau sewa kamar standar atau suite room?
Tabah Noekman: Sangat boleh. Misalnya ada seniman yang ingin tidur lebih nyaman dan kebetulan sedang banyak uang, silahkan sewa kamar standar atau suite room?

KBA News: Konsep pembiayaan TIM seperti apa nanti?
Tabah Noekman: Itu yang sempat menjadi pembahasan rumit antara PT JakPro dengan para seniman. Kami ingin, TIM bisa membiayai diri sendiri agar tidak membebani APBD terus menerus. Tetapi mereka inginnya semua pembiayaan oleh negara alias oleh APBD, alasan mereka, seni budaya itu kewajiban negara dan harus dibiayai oleh negara.
Bagaimana bisa go internasional kalau semuanya harus dibiayai oleh negara? Keuangan negara kan terbatas. Selain itu duit negara atau ABPD itu adalah duit rakyat banyak, bukan hanya uangnya seniman. Jadi pastinya APBD akan sangat terbatas untuk membiayai kegiatan para seniman, sebab masyarakat yang lain pun berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Konsep awal pembiayaan TIM sebetulnya harus bisa mebiayai diri sendiri. Sehingga memperoleh keleluasaan pendanaan untuk para seniman menciptakan karya-karya terbaiknya. Bahkan diharapkan karya-karya para seniman Indonesia bisa diakui dunia.
KBA News: Mungkin para seniman khawatir dana hasil operasional TIM hanya untuk JakPro, sementara mereka tidak mendapatkan apa-apa?
Tabah Nokeman: Bagaimana JakPro bisa mengambil keuntungan dari pengelolaan TIM? Kita sudah menghitung BEP (Break Even Point) atau tingkat pengembalian investasi dari revitalisasi TIM ini mencapai 23 tahun.
Bisnis mana yang BEP-nya menunggu sampai 23 tahun? BEP selama itu sama saja dengan rugi, sebab rata-rata penghitungan BEP sebuah investasi berskala besar seperti ini adalah maksimal 7 sampai 8 tahun.
Jadi JakPro tidak akan mengambil untung dari uang para seniman. Justeru JakPro berharap nanti setiap kali seniman membuat pertunjukkan di TIM, mendapat pembayaran dengan standar yang lebih baik tanpa harus membebani APBD seperti yang diinginkan oleh Pak Anies Baswedan. Kita, JakPro dan para seniman harus kreatif mencari pendanaan di luar APBD.
Andai tidak boleh mencari pendanaan dari luar, dipastikan akan sangat membebani APBD. Dengan semua fasilitas berstandar internasional dan luas kawasan TIM yang mencapai 7 hektare, dari mana dana untuk perawatan, operasional, listrik, kebersihan, kenyamanan, dan sebagainya itu? Bila semua biaya dibebankan kepada APBD, tidak mungkin cukup.
Jangan sampai terjadi, gedung dan fasilitas dibuat bagus dan berstandar internasional, tetapi tidak bisa dirawat karena tidak punya dana. Akhirnya rusak dan terbengkalai.
KBA News: Apakah mereka mengerti maksud Pemprov DKI dan JakPro terkait konsep pembiayaan TIM yang tidak lagi tergantung kepada APBD seperti itu?
Tabah Noekman: Sekarang sudah banyak teman-teman seniman yang mengerti dan memahami maksud baik Pak Anies Baswedan. Meskipun terjadi beberapa kompromi seperti disebutkan di atas tadi. Tinggal beberapa seniman yang masih kukuh beranggapan bahwa kesenian itu harus dibiayai oleh negara, sehingga tidak boleh dikomersialisasikan.
Kami juga terus menjalin komunikasi dengan mereka yang kontra dan tetap berusaha memberi pengertian bahwa semua yang dilakukan oleh Pak Anies Baswedan itu untuk kepentingan para seniman, agar mereka bisa menjadi seniman berkelas dunia dan juga kaya, seperti seniman-seniman di luar negeri, tanpa meninggalkan keagungan seni budaya itu sebagai salah satu pencipta peradaban manusia.
KBA News: Pihak yang mengelola seniman nanti siapa? Apakah JakPro?
Tabah Noekman: JakPro hanya mengelola gedung dan fasilitas TIM. Sedangkan seniman diwadahi oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) atau Dinas Kebudayaan. Nanti mungkin dua instansi itu yang mengatur mereka, mengatur jadwal pertunjukannya, termasuk menyeleksi siapa saja yang layak tampil di TIM. Cara pengaturannya tidak tahu bagaimana, JakPro tidak ikut-ikut mengatur seniman yang akan tampil di TIM. Mungkin nanti ada pembicaraan antara DKJ dengan Dinas Kebudayaan.
KBA News: Seniman dari luar kota boleh tampil di TIM?
Tabah Noekman: Sebetulnya tugas JakPro tidak di bidang itu. Jadi kurang paham. Tetapi logikanya, tiap seniman, baik dari Jakarta, seniman daerah, maupun seniman luar negeri, bisa tampil di TIM karena fasilitasnya juga untuk pertunjukan berskala internasional. Tergantung penilaian dari DKJ dan Dinas Kebudayaan.
KBA News: Kegiatan politik seperti diskusi atau orasi politik boleh tidak di TIM?
Tabah Noekman: Nah itu juga yang JakPro kurang paham. Kalau menurut saya sih bisa, sebab politik itu kan buah dari kebudayaan juga. Apalagi katanya politik itu seni meraih kekuasaan. Artinya ada unsur seni dan budaya juga kan? (kba)