Tujuan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merevitalisasi TIM sangat bagus, yaitu ingin meningkatkan derajat para seniman. Membuat tempat untuk mereka berkarya dan berkesenian yang layak, sehat, bersih, tertata, berfasilitas modern, dan tidak kalah oleh pusat-pusat kesenian dunia. Sehingga menimbulkan kebanggaan sebagai seniman Indonesia.
JAKARTA | KBA – Taman Ismail Marzuki (Tim) adalah rumah bagi para seniman di Jakarta maupun Indonesia untuk berkarya. Disiapkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan sebaik-baiknya. Mengusung konsep bangunan modern dan hijau, berwawasan ramah lingkungan, dengan tanpa menghilangkan fungsinya sebagai tempat berkesenian.
Dengan revitalisasi ini, bahkan nantinya seniman-seniman itu akan merasakan kenyamanan, karena sudah mempunyai fasilitas yang bagus, lengkap, dan berstandar internasional.
Pembangunan TIM ini ditargetkan rampung pada Maret 2022. Sehingga pihak PT Jakarta Propertindo (Jakpro) memfokuskan pembangunan tersebut. Saat ini masih mengerjakan proyek di Gedung Graha Bakti dan gedung-gedung lainnya.
Deputi Projects Director BUMD PT Jakarta Propertino (JakPro) Tabah Noekman dalam wawancara khusus dengan tim KBA News, Senin, 6 Desember 2021 mengatakan, hingga saat ini proses pembangunan TIM dengan konsep modern internasional ini sudah mencapai 68 persen. Meskipun demikian, dipastikan pada awal tahun 2022 mendatang, progress pembangunan sudah bisa mencapai 90 persen. Sedangkan targetnya, Maret 2022 harus sudah selesai.
Adapun fakta-fakta menarik tentang TIM yang mungkin belum diketahui semua orang bahwa TIM memiliki nilai tersendiri.
“Jadi kalau sekarang kita bicara TER-nya TIM itu antara lain termodern, termanusiawi, terkooperatif, dan terintegrasi. Karena di sini kita punya akomodasi, kita punya perpustakaan, punya pusat kesenian, dan sastra,” kata Tabah.
Selain terintegrasi, TIM juga mempunyai fasilitas keselamatan untuk para seniman.
Menurutnya baru di Indonesia ada pusat kesenian yang memiliki Pemadam Kebakaran sendiri.
“Kita punya fasilitas keselamatan satu-satunya art center yang punya Pemadam Kebakaran (Damkar). Hanya ada di TIM. Jadi kalau ada kejadian apa pun, Damkar bisa menolong siapa pun,” ungkapnya.
Penginapan, saat ini fasilitas untuk para seniman sudah disiapkan. Penginapan ini berupa wisma, bukan hotel yang sebelumnya ramai dipersoalkan.
“Kalau seniman mau pentas, tidak perlu susah-susah mencari penginapan yang jauh. Selesai berlatih atau pertunjukan, mereka bisa langsung istirahat. Hemat waktu, hemat tenaga, dan hemat biaya karena harganya khusus untuk para seniman,” kata tabah.
Tabah menegaskan bahwa Jakpro tidak akan mengambil keuntungan dari penjualan wisma untuk para seniman. Uang yang masuk ke wisma sebetulnya bukan untuk keuntungan Jakpro. Sebab dengan harga yang nanti ditetapkan khusus untuk para seniman, tidak akan menutup nilai investasi pembangunan Wisma Seni.
“Kita sudah menghitung BEP (Break Even Point) atau tingkat pengembalian investasinya mencapai 23 tahun. Bisnis mana yang BEP-nya 23 tahun? BEP selama itu sama saja dengan rugi, sebab rata-rata penghitungan BEP sebuah investasi berskala besar seperti ini adalah maksimal 7 sampai 8 tahun,” kata Tabah.
“Jadi JakPro tidak mengambil untung dari uang para seniman. Justeru kami berharap nanti bisa membayar seniman setiap kali mereka membuat pertunjukkan di TIM, dengan standar pembayaran yang lebih baik,” imbuhnya.
Menurutnya, tujuan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merevitalisasi TIM sangat bagus, yaitu ingin meningkatkan derajat para seniman. Membuat tempat untuk mereka berkarya dan berkesenian yang layak, sehat, bersih, tertata, berfasilitas modern, dan tidak kalah oleh pusat-pusat kesenian dunia. Sehingga menimbulkan kebanggaan sebagai seniman Indonesia.
“Selain itu, tujuan revitalisasi TIM yang terintegrasi adalah untuk membuat pusat kesenian ini lebih mandiri dalam operasionalnya, yaitu tidak lagi terlalu membebani APBD, yang nota bene uang rakyat,” jelas Tabah.(kba)