Pengasuh Ponpes Nurul Ummahat Kotagede Yogyakarta KH Abdul Muhaimin memberikan semangat kepada relawan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Yogyakarta untuk terus berjuang. #aminkanindonesia
BANTUL | KBA – Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Ummahat Kotagede Yogyakarta KH. Abdul Muhaimin yang selama ini jarang mengulas dinamika politik, akhirnya buka suara. Dia menyampaikan tausiah di hadapan relawan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Yogyakarta sekaligus memberi semangat untuk berjuang.
KH Abdul Muhaimin mengaku selama ini memang irit bicara soal Pilpres 2024. “Saya mulai bicara setelah Anies Baswedan resmi mendaftarkan di KPU, saya juga hadir pada waktu itu,” katanya kepada KBA News usai Temu Juang Relawan di Rumah Pemenangan AMIN Omah Limasan Djojosoemartan Jalan Parangtritis Km.10 Bantul, Yogyakarta, Minggu, 12 November 2023.
Dia mengaku apa yang disampaikan ini bukan atas nama struktural Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) maupun sebagai Ketua Ikatan Pesantren Indonesia. “Saya bicara ini karena aspirasi dan pilihan privat tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun,” tegasnya.
Ulama pendukung pasangan AMIN ini mengungkapkan, saat ini kondisi Indonesia dalam fenomena kautik, fenomena jauh bahkan melebihi anomali. “Untuk berjuang, kita membutuhkan nafas dan perjuangan panjang. Musuh kita besar, tapi kita tidak perlu takut,” tegasnya.
Pengurus PBNU ini mencontohkan Nabi Ibrahim besar karena musuhnya adalah Namrud. Nabi Musa besar karena musuhnya Firaun. Nabi Muhammad SAW itu besar karena musuhnya penguasa Qurais, Abu Jalal dan Abu Lahab.
“Jangan dikira Qurais itu hanya entitas genetik. Qurais sebetulnya dari kata Qurus, itu merupakan mata uang yang berlaku pada masa itu. Qurais itu sebenarnya penguasa uang pada masa itu, atau saat ini disebut oligarki,” jelasnya.
Menurut dia, jaringan konglomerasi Qurais ke utara sampai Damaskus, jaraknya dari Mekkah sekitar 22 hari. “Jadi jaringannya sangat luas,” imbuhnya.
KH Abdul Muhaimin mengungkapkan, perlawanan Nabi Muhammad SAW ini bukan sekedar perlawanan theologi atau penyembah berhala. Tapi perlawanan terhadap konglomerasi Qurais pada waktu itu. Watak kapitalis Qurais menguasai mereka-mereka yang kecil.
“Ini perjuangan yang relevan yang kita maknai hari ini. Jadi perjuangan kita ini, bukan sekedar perjuangan politk semata. Tapi di balik itu adalah perlawanan atas ketidakadilan terhadap penguasaan sumber-sumber daya alam dan sumber ekonomi,” jelasnya.
Dia mengatakan, perjuangan di depan mata adalah pekerjaan besar. Dia pun meminta agar relawan AMIN untuk terus semangat berjuang di bumi dan di langit atau berdoa. “Begitu pun saya, selalu berdoa tiap malam bersama Komunitas Pendopo Mentoak Kotagede,” ungkapnya. (kba)