Fenomena ini sangat terlihat di kalangan masyarakat kelas menengah ke atas. Mahasiswa termasuk masyarakat kelas menengah, sehingga mereka tidak mudah diarah-arahkan ke politik tertentu. #kbanews
PURWOKERTO I KBA – Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto Dr Wakhudin M.Pd. mengemukakan, gagalnya Bupati Banyumas Ahmad Husein mempromosikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon Presiden RI 2024 dalam acara penerimaan mahasiswa baru di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, karena panitia tidak menyiapkan tim khusus yang dapat menyokong kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Meskipun kegiatan di perguruan tinggi, panitia lazimnya menyiapkan tim agar sesuai dengan pejabat.
“Bupati Banyumas merupakan kader PDIP. Sangat wajar kalau dia menyukseskan pencalonan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, karena keduanya sama-sama kader partai kepala banteng. Tapi mengapa dari tiga mahasiswa yang ditanya Ahmad Husein semua menjawab mendukung Anies Rasyid Baswedan?” ujar Wakhudin saat dihubungi KBAnews.com, Selasa 8 Agustus 2023.
Pengajar ilmu politik ini menjelaskan, fenomena mahasiswa Unsoed mendukung Anies Baswedan dalam Pemilu 2024 merupakan gejala perubahan peta politik di Banyumas Raya khususnya, dan di Jawa Tengah pada umumnya. Masyarakat tidak lagi ragu-ragu mengungkapkan pilihan sesuai hati nuraninya. Saat ini spanduk dan baliho bergambar Anies Baswedan bertebaran di sepanjang jalan di Jateng bagian barat. Padahal, Pemilu 2019, apalagi Pemilu 2014, jarang sekali ditemukan gambar, baliho, dan spanduk yang memajang foto oposisi.
“Fenomena ini sangat terlihat di kalangan masyarakat kelas menengah ke atas. Mahasiswa termasuk masyarakat kelas menengah, sehingga mereka tidak mudah diarah-arahkan ke politik tertentu. Mereka menentukan pilihan berdasarkan jalan pikiran mereka yang sehat, tidak sekadar ikut-ikutan,” kata Wakhudin.
Dikemukakan, masyarakat kelas menengah atas adalah kaum pembelajar. Mereka membaca referensi, termasuk masalah politik, tidak terbatas di dalam negeri, tapi juga luar negeri. Perkembangan teknologi informasi sangat memudahkan mereka untuk memperoleh informasi apa pun, dari mana pun, secepat kilat. Karena masyarakat kelas menengah atas merupakan kaum terpelajar, mereka tidak mudah menerima informasi begitu saja, melainkan dianalisis dan dikritisi terlebih dahulu, sehingga keputusan akhirnya tidak selalu sama dengan pemerintah.
“Kaum terpelajar cenderung memilih angin perubahan. Karena perubahan merupakan kunci keselamatan Indonesia tahun 2024, agar tidak jatuh ke pelukan oligarki, dan terhindar dari kekuasaan komprador yang lebih mementingkan diri dan keluarganya,” kata Wakhudin selanjutnya.
Dosen Ilmu Politik ini menjelaskan, masyarakat Jawa Tengah kelas menengah ke bawah pada umumnya beranggapan bahwa pemerintah adalah baik. Oleh karena itu, mereka selalu mendukung siapapun calon presiden pilihan pemerintah. Sementara, Presiden RI incumbent Joko Widodo terang-terangan menyatakan “cawe-cawe” dalam proses Pilpres 2024, dengan mendukung tokoh yang diusung PDIP Ganjar Pranowo, maupun calon Presiden Prabowo Subianto.
“Oleh karena itu, masyarakat kelas menengah ke bawah di Jawa Tengah pada umumnya bertahan dengan istilah, ‘Pendeng gepeng ajeg banteng’. Apalagi pemerintah mengeluarkan berbagai program bantuan kepada masyarakat kecil. Meskipun tidak semua mendapatkannya, tapi cairnya dana semacam BLT merupakan bukti bahwa pemerintah sangat concern terhadap masyarakat kecil,” ujar Wakhudin. (kba)