“Kalau dia itu orang radikal, kenapa dia sebagai gubernur mengizinkan membangun rumah ibadah. Itu ada rumah ibadah Katolik, Hindu puluhan tahun tidak bisa dibangun. Kok pada saat zaman Anies bisa,” katanya mempertanyakan.
LARANTUKA | KBA – Berbagai stigma negatif masih terus dialamatkan kepada Anies Baswedan. Tuduhan radikal, intoleran, bahkan pro khilafah kepada bakal calon presiden dari Partai NasDem tersebut sejatinya disebabkan karena ketidakmengertian terhadap agama Islam yang dianut Anies dan juga fakta sebenarnya yang dilakukan selama memimpin Jakarta.
Demikian penilaian politikus senior Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, HM Syahril Gunawan. Pertama, Syahril menjelaskan Anies merupakan penganut Islam yang beraliran ahli sunnah wal jamaah yang dikenal moderat. Karena itu tidak tepat kalau disebut radikal.
“Bacaan mereka [pembenci Anies] kan, bacaan jarak jauh. Anies itu ahlussunnah wal jamaah. Di ahlussunnah wal jamaah itu haram hukumnya ada radikalisme,” jelas Syahril kepada KBA News, Kamis, 26 Januari 2023.
Sementara soal kedekatan Anies dengan bekas pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq, lanjut mantan anggota DPRD Flotim dua periode ini, itu merupakan hal yang biasa. Karena seorang politikus dan juga pemimpin tidak boleh berjarak dengan semua warganya.
“Seorang politisi, dengan siapa pun dia harus dekat. Tapi jangan terbius dengan pemahaman-pemahaman orang dekat dia,” ucap mantan Ketua PPP Flotim ini.
Apalagi terbukti, selama lima tahun memimpin Jakarta, Anies tidak hanya dekat dengan satu kelompok seperti diasumsikan banyak orang. Mantan Mendikbud yang pernah menjadi Rektor Universitas Paramadina itu juga mengayomi semua umat bergama.
“Kalau dia itu orang radikal, kenapa dia sebagai gubernur mengizinkan membangun rumah ibadah. Itu ada rumah ibadah Katolik, Hindu puluhan tahun tidak bisa dibangun. Kok pada saat zaman Anies bisa,” katanya mempertanyakan.
Selain itu pula, kalau Anies seorang yang sektarian yang hanya ingin meraup suara, menurutnya, Anies tidak akan memberikan kepedulian terhadap kelompok minoritas. Karena cukup mendekati umat Islam yang mayoritas, Anies sudah tentu menang dalam Pemilu.
“Tapi kan tidak. Karena ini bukan cuma soal suara. Anies itu seorang nasionalis. Opanya, kakeknya, adalah pahlawan nasionalis. Dia memilih Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak memilih sekatan-sekatan itu,” tekannya.
Karena itu, Syahril akan terjun langsung ke masyarakat meluruskan berbagai informasi miring yang ditujukan kepada inisiator Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) tersebut. Apalagi saat ini dia telah bergabung ke Partai NasDem yang sudah resmi mendukung Anies.
Syahril pun semakin gencar menyosialisasikan Anies terutama di Flotim, di mana banyak masyarakat masih menolak Anies karena termakan berbagai isu miring tersebut.
“Saya akan ikut menjelaskan ke masyarakat. Itu kewajiban kita masing-masing kader,” tandasnya. (kba)