Kita tidak bisa merasa aman dan yakin menang jika belum menguasai seluruh eksponen suku di daerah itu.#aminkanindonesia
JAKARTA | KBA – Walaupun jumlah sedikit, sifat pemilih di Provinsi Bengkulu sangatlah heterogen. Tingkat keberagamannya amat tinggi. Karena itu diperlukan relawan yang bisa mengumpulkan semua itu. Kita tidak bisa merasa aman dan yakin menang jika belum menguasai seluruh eksponen suku di daerah itu.
“Provinsi Bengkulu cuma mempunyai daftar pemilih tetap (DPT) sebesar 1,4 Juta jiwa. Tetapi itu terdiri dari beragam suku yang jumlahnya relatif hampir seimbang. Karena itu kita tidak bisa mengklaim bahwa kita sudah didukung mayoritas pemilih jika belum didukung oleh sebagian besar suku bangsa di sana,” kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Jaringan Nasional (Jarnas) Sanak Anies Baswedan ABW) Provinsi Bengkulu Epita Darnela Kepada KBA News, Sabtu, 4 November 2023.
Dia melanjutkan suku besar di sana mengelompok berdasarkan kabupaten masing-masing. Ada sepuluh kabupaten dan kota di provinsi itu. Suku Bengkulu berada di Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan Rejang Lebong. Suku bangsa Rejang umumnya menyebar di Rejang Lebong, Lebong dan Bengkulu Utara. Sedangkan suku Lembak ada di Bengkulu dan sedikit di Rejang Lebong.
Suku Serawai menetap di Bengkulu Selatan, Kaur dan Seluma. Sementara itu suku Mukomuko umumnya menetap di Kabupaten Mukomuko yang berbatasan dengah Sumatera Barat (Sumbar).
“Itu suku penduduk asli Bengkulu. Jumlahnya relatif seimbang. Mereka itu eksis dan dikenal karena disamping secara geografis terpisah juga bahasanya berbeda,” kata pengusaha wanita dari suku Rejang itu,” katanya.
Pendatang dominan
Epita Darnela mengatakan pendatang juga dominan, yaitu pendatang dari Suku Minang dan Jawa. Minang biasanya menyebar hampir di seluruh pelosok provinsi. Sedangkan suku Jawa dominan di Mukomuko dan Bengkulu Utara yang sengaja didatangi dalam program transmigrasi yang digalakkan pada masa Orde Baru. Sekarang mereka sudah beranak pinak dan dominan.
“Di Mukomuko dan Bengkulu Utara, saking dominan suku Jawa mereka pernah menduduki jabatan Bupati padahal di kedua daerah itu mereka cuma pendatang. Itu menunjukkan betapa beragamnya suku bangsa di Bengkulu, walaupun jumlah penduduknya sangat kecil jika dibandingkan dengan pemilih di daerah lain,” kata Epita.
Dia menambahkan Itulah yang menjadi dasar kenapa relawan yang dipimpinnya melakukan safari untuk mengunjungi daerah-daerah kabupaten.
“Kami beberapa hari lalu melakukan rapat relawan di Kawasan Wisata Pantai Panjang, Bengkulu, membahas bagaimana cara merekrut sebanyak mungkin suku bangsa itu agar mereka memberikan suaranya kepada pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN). Hanya dengan menguasai suku-suku itu kita bisa menang.”
Kata dia, fenomena Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 sangat aneh terjadi di Bengkulu. Prabowo-Sandi menang dari pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin tetapi dalam selisih suara yang sangat kecil, yaitu cuma 0,26 persen saja, yaitu selisih 3.019 suara. Prabowo meraih 585.583 suara sedangkan Jokowi mendapat 582.564.
“Ini menunjukkan terjadi keterbelahan yang sangat parah di masyarakat Bengkulu. Semoga tahun 2024 tidak terjadi lagi. Kita menghendaki dan berusaha agar pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memenangkan Pilpres di Bengkulu dengan selisih suara yang signifikan,” demikian Epita Darnela. (kba).